Site icon PinterPolitik.com

Politik-Bisnis, Menuju Dinasti Ma’ruf?

Politik-Bisnis, Menuju Dinasti Ma’ruf?

Putri Ma'ruf Amin, Siti Nur Azizah (Foto: ist)

Putri keempat Ma’ruf Amin, Siti Nur Azizah, menyatakan dirinya siap mengikuti pemilihan Wali Kota Tangerang Selatan pada 2020. Sepak terjang Nur Azizah ini tentunya tidak akan terlepas dari pengaruh sang ayah sebagai wakil presiden terpilih.


PinterPolitik.com

Kabar majunya Nur Azizah dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Tangerang Selatan (Tangsel) sebenarnya sudah terdengar sejak bulan Mei 2019 lalu. Pada saat itu, seorang artis lokal mengunggah foto di Instagram dengan caption yang menyebut akan majunya Nur Azizah dalam Pilwalkot Tangsel.

Lalu, seperti apa prospek Nur Azizah menduduki kursi Tangsel-1 dan seberapa sentral posisi wilayah ini?

Kekuatan Sang Putri Wakil Presiden

Seperti kandidat pemilihan kepala daerah (Pilkada) lainnya, Nur Azizah tentunya membutuhkan bantuan dari berbagai pihak untuk mengamankan suara. Apalagi Pilwalkot nanti akan menjadi pengalaman politik pertama Nur Azizah.

Sebagai anak Ma’ruf Amin, dukungan pertama terhadap Nur Azizah tentunya akan datang dari Nahdatul Ulama (NU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Dukungan terhadap wanita yang telah meraih gelar doktor di bidang hukum ini juga sudah diutarakan oleh kedua entitas ormas dan partai tersebut, setidaknya di level kota. Perwakilan NU dan PKB cabang Tangsel telah mengutarakan sinyal kuat dukungan terhadap Nur Azizah.

Namun, dukungan dari NU dan PKB saja rasa-rasanya tidak akan cukup. Meskipun NU dan Ma’ruf sama-sama berasal dari Banten, provinsi ini bukanlah basis suara NU maupun PKB.

Di level provinsi, dalam Pilpres 2019, yang menjadi pemenang di Banten adalah Prabowo-Sandi dengan 61,52 persen suara. Sementara di Kota Tangsel sendiri Jokowi-Ma’ruf hanya menang tipis dengan 51,32 persen suara.

Dalam pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), PKB menempati peringkat empat di bawah PDIP, Gerindra dan Golkar. Sementara dalam pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) provinsi maupun kota, PKB hanya mampu merebut peringkat ke lima.

Basis pendukung yang masih kalah dari partai lain mengharuskan Nur Azizah untuk mencari pihak di luar NU dan PKB yang bisa membantunya meraih kemenangan. 

Sebagai kota yang baru dibentuk pada tahun 2008, Tangsel baru  mengalami dua Pilwalkot, yaitu pada 2010 dan 2015. Kedua Pilwalkot ini dimenangkan oleh Airin Rachmi Diany, di mana PKB menjadi salah satu dari enam partai yang mendukungnya.

Dalam Pilwalkot tahun depan, boleh jadi PKB harus kembali berkoalisi dengan partai lain untuk memenangkan Nur Azizah. Target utama koalisi mungkin jatuh kepada Golkar, PDIP, dan Gerindra mengingat pada pemilihan DPRD di Pemilu 2019, tiga partai inilah yang menduduki posisi tiga teratas.

Selain dukungan dari tiga partai di atas, Nur Azizah juga dapat mengandalkan bantuan keluarga lain yang bisa dibilang memiliki pengaruh besar dalam patron politik di Banten. Siapa lagi kalau bukan keluarga besar Ratu Atut Chosiyah.

Ya, keluarga ini pernah menarik banyak pemberitaan karena kasus korupsi yang menjerat beberapa anggotanya, serta terkait politik dinasti yang mengakar sangat kuat di Banten.

Meskipun beberapa anggota keluarganya sudah mendekam di penjara, nyatanya hingga saat ini beberapa jabatan strategis, termasuk Wali kota Tangsel, masih dijabat oleh keluarga Atut. Jaringan keluarga atut juga mencakup unsur ulama serta pendekar di seluruh Banten.

Kemungkinan datangnya dukungan dari keluarga Atut-pun cukup besar mengingat pada Pilpres lalu keluarga Atut, melalui Airin, mendeklarasikan dukungan terhadap Jokowi-Ma’ruf.

Daya Tarik Bagi Bisnis

Dalam aspek modal politik, memang ada cukup alasan bagi Nur Azizah untuk memilih mencalonkan diri di Tangsel. Tapi, adakah hal lain yang membuatnya memilih kota ini?

Setidaknya sejak 2012, laju pertumbuhan ekonomi Tangsel selalu lebih tinggi dibanding pertumbuhan provinsi dan nasional. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari tingginya investasi pembangunan properti di Tangsel.

Sejak awal berdiri, kota yang sebelumnya menjadi wilayah Kabupaten Tangerang ini dikenal sebagai wilayah favorit raksasa pengembang properti lokal maupun internasional. Sebut saja Alam Sutera Realty, Sinarmas Group, Summarecon Group, dan lain sebagainya, semuanya membangun propertinya masing-masing di Tangsel.

Kehadiran pengembang properti ini memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian Tangsel. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tangsel sebagian besar berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

PAD ini bahkan sudah meningkat dari yang tadinya hanya Rp 200 miliar pada 2011, menjadi Rp 1,3 triliun pada 2017. Peningkatan ini nampaknya juga akan terus berlanjut dengan berbagai pembangunan skala besar yang terjadi.

Ambil contoh pembangunan jalur Mass Rapid Transit (MRT) yang akan diteruskan hingga Tangsel. Selain itu, menurut Menteri Komunikasi dan Infomatika (Menkominfo) Rudiantara, Kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) berpotensi menjadi Silicon Valley-nya Indonesia.

Kehadiran pengusaha dan investor kelas kakap di Tangsel ini bisa jadi memiliki andil dalam Pilwalkot nanti.

Keterlibatan pebisnis dalam politik sama sekali bukan hal yang baru. Dalam perpolitikan Indonesia, patronisme antara bisnis dan politik sudah terlihat sejak masa Orde Baru. Patronisme ini terjadi karena keduanya saling membutuhkan dan menguntungkan.

Kekuatan utama pebisnis terletak pada kekayaan yang dimilikinya. Kekayaan ini dapat diberikan kepada seorang tokoh atau partai politik yang membutuhkan dana utamanya selama masa kampanye.

Layaknya sebuah investasi, dengan memberikan sebagian hartanya kepada tokoh politik, para pebisnis tentunya mengharapkan adanya timbal balik ketika sang tokoh terpilih.

Timbal balik ini biasanya hadir dalam tiga keuntungan, yaitu akses terhadap kekuasaan, terakomodasinya kepentingan bisnis, dan terbitnya regulasi yang menguntungkan kepentingannya.

Tapi, apakah pengusaha-pengusaha di Tangsel memang akan terlibat dan memberikan dukungannya kepada Nur Azizah?

Kedekatan dengan sosok Wali Kota bisa saja mempermudah urusan administrasi dan perizinan terkait bisnis yang dimiliki para pengusaha tersebut di Tangsel.

Selain dari sosok Nur Azizah itu sendiri, daya tarik barisan pengusaha untuk mendukungnya mungkin akan berkaitan dengan statusnya sebagai anak dari wapres terpilih, Ma’ruf Amin.

Sepanjang sejarah kepresidenan di Indonesia, jabatan wapres identik dengan peran di bidang ekonomi. Ini mungkin hal yang dapat menarik barisan pengusaha ke sisi Nur Azizah.

Ketika sudah dilantik, Ma’ruf juga diperkirakan akan mengurusi hal-hal terkait ekonomi. Ma’ruf merupakan profesor di bidang Ekonomi Muamalat Syariah di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Selain itu, Jokowi pernah mengatakan bahwa Ma’ruf memiliki pengetahuan yang luas di bidang ekonomi. Ekonom Piter Abdullah juga mengatakan hal serupa bahwa kemampuan Ma’ruf di bidang ekonomi syariah tidak diragukan lagi.

Melihat peran Ma’ruf di bidang ekonomi di atas, tidak menutup kemungkinan nantinya dukungan barisan pengusaha di terhadap Nur Azizah juga berasal dari luar Tangsel.

Dukungan ini bisa jadi merupakan bentuk usaha barisan pengusaha untuk semakin mendekatkan diri dan mengharapkan adanya timbal balik dari Ma’ruf karena sudah membantu kemenangan anaknya. Konteks tersebut semakin masuk akal jika berkaca dari posisi Wapres Jusuf Kalla (JK) misalnya yang kuat secara hubungan ekonomi bisnisnya.

Adanya potensi dukungan dari parpol selain PKB, keluarga Atut, serta barisan pengusaha, boleh jadi menjadi alasan kenapa Nur Azizah terlihat percaya diri mengajukan diri sebagai calon Wali Kota Tangsel. Jika ia benar-benar bisa menghimpun semua potensi dukungan ini, bisa jadi kursi Wali Kota menjadi miliknya.

Ke depannya, keputusan Nur Azizah untuk terjun ke dunia politik menarik untuk diikuti. Kemenangannya nanti bisa memperkuat sekaligus menjadi ukuran seberapa besar kekuatan politik Ma’ruf Amin, PKB, dan NU satu tahun pasca Pilpres 2019.

Lebih jauh lagi, bisa terpilih, Nur Azizah nantinya akan menjadi awal berdirinya dinasti keluarga politik baru di Indonesia: dinasti Ma’ruf. (F51)

Mau tulisanmu terbit di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version