“Saya juga datang waktu naik kuda. Besok juga kalau ada yang undang naik chopper juga boleh. Demokrasi dalam Pilpres itu sesuatu yang biasa, jadi jangan sampai buat kita seperti bermusuhan.” ~ Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan.
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]olitik dalam dunia demokrasi sifatnya sangat dinamis. Tidak ada yang namanya pertemanan abadi, apalagi permusuhan abadi. Jadi sekalipun Sekretariat Bersama (Sekber) Gerindra-PKS tidak mengikut sertakan PAN dalam barisannya, bukan lantas PAN diposisikan berlawanan dengan dua partai tersebut. Itu kan cuma pilihan politis aja. Kalau menguntungkan, ya gabung.
Bagi PAN, menempatkan posisi baik di dalam atau pun di luar Sekber, bukanlah hal yang krusial. Karena yang jauh lebih esensi itu, ya keberpihakan terhadap rakyatnya. Nah mekanismenya dukungan partainya aja yang berbeda. Emangnya kalau PAN melipir dukung ke kubu Presiden Petahana Jokowi disebut sebagai pengkhianatan rakyat, ya gak gitu kan? Aya aya wae ah.
Padahal sebelum ini, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sempat tampak loyal dengan Gerindra. Tuh buktinya saat Rakornas Gerindra pada 11 April lalu, Zulkifli naik kuda bersama Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto. Udah kompak loh itu padahal. Tapi kok PAN gak jadi diajak di Sekber sih bareng Gerindra dan PKS? Mungkin gaya berkuda Zulkifli gak sebagus yang diharapkan Prabowo, hahaha.
Atau di lain sisi, bisa jadi PAN merasa gerah karena didikte Gerindra jika hendak bergabung dalam Sekber. Yang gak boleh ini lah, gak boleh itu lah. Itu kan malah mematikan demokrasi yang ada. Bisa-bisa tendensi Pilpres jadi makin memanas nantinya. Gak menutup kemungkinan nanti bisa timbul perpecahan di tengah masyarakat.
Kalau memang udah serba gak cocok gini, kenapa Zulkifli gak merapat aja ke Presiden Petahana? Toh katanya mau nyoba Motor Choppernya kan? Coba aja deh bayangin, cepetan mana naik kuda sama naik motor buat sampai ke garis finish? Ya udah tentu naik motor lah. Lebih empuk pula joknya dibanding sadel kuda. Hahaha.
Jadi akan kemana PAN berlabuh? Ya kita liat aja nanti ya. Toh dalam filsafat kehidupan, kalau pemain itu sudah menerima kartu, ya mau gak mau dia harus mulai memikirkan strategi memenangkan pertandingan. Seperti halnya yang dikatakan Voltaire (1694-1778), ‘Each player must accept the cards life deals him or her: but once they are in hand, he or she alone must decide how to play the cards in order to win the game.’ (K16)