“Orang-orang profesional tidak pernah khawatir. Apapun yang terjadi, mereka akan memperoleh apa yang menjadi bagiannya.” ~Ogden Nash
PinterPolitik.com
[dropcap]B[/dropcap]anyak orang mempertanyakan langkah ‘zigzag’ Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra. Dari yang tadinya menjadi pengacara Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Pilpres 2014, kemudian membela Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dan sekarang juga menjadi pengacara bagi Joko Widodo-Ma’ruf Amin dalam Pilpres 2019. Mantap betul …
Meski menimbulkan tanda tanya, pengacara kondang Ihza & Ihza Law Firm tersebut mengaku nggak ada masalah dengan posisinya sebagai pengacara Jokowi-Ma’ruf, sekaligus pengacara HTI. Greget abis ya… Padahal pemerintah dengan HTI kan nganu…
Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf sudah meminta Yusril untuk berhenti menjadi pengacara HTI, dengan alasan untuk menunjukkan integritas utuh, yakni menyeimbangkan profesionalitas dan kapasitas diikuti dengan moralitas.
Gimana dong ya, kalau dukung HTI dan Jokowi-Ma’ruf itu kok terlihat kontradiktif sekali. Yang satu dukung khilafah, yang satu menjunjung tinggi Pancasila sebagai orientasi dalam ranah kebijakan.
Meski begitu, Yusril tetap keukeuh membela HTI, karena menganggap dalam perkara HTI, dirinya menggugat Menkumham, bukan Presiden RI. Ya, tapi kan HTI itu menginginkan sistem pemerintahan khali…. Ahh sudahlah, doi juga pasti sudah tahu. Tapi kenapa Yusril seperti terang-terangan berdiri di dua kaki?
Beridiri di dua kaki memang maknyus. Di selengkat satu, masih bisa berdiri dengan kaki satunya. Hihihi. Share on XTernyata gaes, menurut dia, tugasnya sebagai pengacara HTI sudah hampir selesai karena saat ini kasus HTI tinggal menunggu putusan Mahkamah Agung, sehingga tidak ada lagi perkara dan proses persidangan. Dan dalam etika profesi advokat, kata Yusril, pengacara tidak bisa begitu saja mundur, karena ada kode etik yang dimiliki advokat.
Ahh, tapi masa begitu? Percaya nggak ya? Hm…
Bagi Yusril, pekerjaannya sebagai advokat merupakan murni profesional. Nggak bisa dikaitkan dengan ideologi atau perbuatan kliennya, termasuk kasus untuk perkara HTI dengan dirinya.
Weleh-weleh, profesional sekali ya. Tapi emang mesti semua job diambil ya? Tanpa pilah-pilih? Hayoo, ada apa nih? Semoga tidak ada niat terselubung di dalamnya ya. Uwuwuwuw…