“Sikap adalah sebuah perbuatan kecil yang mampu menghasilkan perbedaan yang besar.” ~Winston Churchill
PinterPolitik.com
[dropcap]K[/dropcap]ampanye merupakan sebuah ritual wajib guna meraup suara rakyat sebanyak-banyaknya. Rayuan demi rayuan dihembuskan bagai angin. Wajar. Tapi kalau sampai kampanye berbau kebencian dengan kandidat atau kelompok lain, itu yang bahaya.
Kita semua tahu, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Tapi, tak jarang para oknum menggunakan fitnah demi menjatuhkan lawannya. Kadang, rakyat jadi ikutan terpecah belah. Ngeri banget khan? Kalau sampai ketemu oknum macam begitu, langsung sikat aja, isi otaknya. Biar jadi waras. Wkwkwkwk.
Sekretaris Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Hasto Kristiyanto menyampaikan kepada semua tim sukses, baik yang berada di pusat dan di daerah, untuk menyampaikan hal-hal yang positif dan tidak menciptakan kegaduhan.
Ia mengimbau, cara-cara kampanye lawan politik seperti pada saat Pilpres 2014 yang menggunakan media Obor Rakyat harus dihindari.
Kampanye yang baik itu saling unjuk program kerja, bukan adu fitnah, yaaa... Share on XSebenarnya sih nggak apa-apa kalau tiap paslon ingin membuat tabloid. Kreatif loh itu. Selain untuk menyampaikan bahan kampanye, kan lucu kalau ditambahin tips-tips kecantikan dan kuis-kuis berhadiah. Dijamin, nggak akan masuk penjara. Hihihihi.
Agar tidak menimbulkan perpecahan, Hasto juga mengerahkan seluruh tim kampanye agar tidak menjelekkan atau menjatuhkan kubu paslon lain. Lah, emangnya para kandidat pada main dorong-dorongan atau gimana?
Hmm, kalau kayak Farhat Abbas kemarin gimana nih Pak? Bisa jamin nggak akan terulang lagi? Hati-hati loh, doi itu suka mengeluarkan pernyataan yang gurih-gurih sedap gitu deh.
Seperti yang Pak Hasto bilang, rakyat sekarang sudah cerdas dan dapat menentukan pilihan dengan baik. Jadi, para calon harus siap-siap dalam menyiapkan materi kampanye. Jangan asal ngejeplak aje. Kena bully netizen baru tahu rasa.
Ngomong-ngomong, Pak Hasto juga memberikan tips jitu dalam memilih pemimpin nih. Menurut doi, kita harus melihat calon pemimpin berdasarkan rekam jejaknya, gimana karirnya, pernah dipecat atau nggak? Kehidupan keluarganya gimana, baik atau…
Ehh, tahan! Ini Bapaknya lagi nyindir calon sebelah atau gimana? Duh duh duh, ternyata nyinyirnya tetap ya, demi elektabilitas cemerlang. Wkwkwkwk. (E36)