Site icon PinterPolitik.com

Turki Merayap, Indonesia Bersiap?

Foto : Istimewa

“Ekonomi identitas Pilpres 2019 dan agama merestuinya.”


PinterPolitik.com

[dropcap]E[/dropcap]konomi Turki sedang mengkhawatirkan. Hal tersebut ditandai dengan nilai tukar mata uang lira terhadap dolar AS yang baru-baru ini anjlok 20 persen. Secara akumulatif, selama satu tahun ini nilai lira sudah merosot 40 persen.

Petaka ini disebut-sebut bermula saat Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan menunjuk menantu laki-lakinya sebagai Menteri Keuangan. Akibatnya muncul  serangkaian pernyataan yang melemahkan independensi bank sentral negara itu. Weleh-weleh.

Suku bunga yang rendah misalnya cenderung memicu inflasi. Alhasil, inflasi di Turki kini mendekati angka 16 persen.

Nah, setelah kalian baca fakta di atas apa kalian sudah mengerti apa maksudnya gengs? Ahahaha.

Kalau menurut The New York Times, dampak ekonomi Turki sebenarnya tidak begitu besar terhadap kondisi global. Bahkan jika ekonomi Turki runtuh, tidak akan berdampak besar pada ekonomi global gengs.

Jadi semestinya ini tidak akan berpengaruh kepada perekonomian Indonesia dong? Artinya kalau ada yang mengait-ngaitkan dengan keterpurukan ekonomi masa pemerintahan Jokowi kayak enggak nyambung gengs. Mbok Indonesia sama Turki tidak terlalu banyak melakukan kerjasama ekonomi kok. Wkwkwkwk.

Beda nih dengan apa yang dikatakan Rizal Ramli. Kata doi Indonesia merupakan negara yang akan terkena imbas domino Turki. Hal itu terbukti dari nilai tukar rupiah yang sempat menembus angka Rp 14.600 per dolar AS. Wkwkwk, yakin banget emang gengs?

Katanya nih, kondisi ini sebenarnya sudah diprediksi sekitar enam bulan lalu oleh dirinya. Kala itu, ia mewanti-wanti bahwa ekonomi Indonesia sudah setengah lampu merah. Anjloknya rupiah dan indeks saham menjadi tanda dari krisis ekonomi tersebut. Hmmm, bisa jadi bisa jadi pak hehehe.

Katanya gengs, ini semua akan seperti krisis ekonomi tahun 1998 lalu. Namun, ia heran pemerintah justru tengah berbangga atas capaian ekonomi yang menurut mereka sedang on the track, tanpa mau mendengar peringatan bahwa ada ancaman di depan mata. Hmmm, bisa jadi bisa jadi pak wkwkwkw.

Nah, kalau masalah utang, memang eyke bisa akui kebenarannya gengs. Jangan sampai kita masuk logika sesat, misalnya ada orang yang membandingkan utang Indonesia dengan Jepang ataupun dengan Amerika Serikat. Kan nggak apple to apple gengs. Itu sama saja kayak mereka membandingkan utangnya abang telor gulung dengan utangnya pengusaha minyak.

Kalau buat abang telor gulung utang Rp 10 juta tentu saja besar. Nah, kalau pengusaha minyak, utang Rp 10 juta mah kayak debu di sepatu. Utang US$ 10 juta sekalipun doi juga slow-slow aja gengs.

Jadi hati-hati ya kalau kalian dengar dan begitu aja percaya dengan mereka yang bilang kayak gitu. Bisa jadi ikutan terkecoh deh kita gengs. Wkwkwkkw.

Jadi, gimana nih kalau menurut kalian permasalahan dampak krisis Turki ke Indonesia? Apa benar nilai tukar kita dan IHSG yang anjlok terkait kasus di Turki? Atau Indonesia akan krisis karena pemerintah tidak becus dan juga ngawur mengelola ekonomi seperti kata Rizal Ramli? (G35)

Exit mobile version