“Jangan minta maaf kalau kamu tidak benar-benar tulus.” – Film ‘Susah Sinyal’
PinterPolitik.com
[dropcap]S[/dropcap]iapa yang tak kenal Komjen Pol. Iriawan yang kini telah naik pangkat dan dilantik menjadi Pj Gubernur Jawa Barat (Jabar) oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.
Setelah pengangkatan Komjen Pol. Iriawan, pemerintah seakan tersengat belut listrik yang nyasar ke toilet pribadi. Partai politik oposisi pemerintah segera bergegas ajukan hak angket, laksana abang ojek online (ojol) yang mendapat order di keramaian pangkalannya.
Media sosial dihebohkan berbagai kritik. Pemerintah dituduh tidak konsisten dengan janjinya.
Kasus pelantikan ini membuat Presiden Jokowi kebakaran jenggot. Meski Presiden tidak punya jenggot, tapi tetap bisa merasakan panasnya api yang menyulut di bawah dagunya yang berkharisma itu. Hehe, maaf ya pak.
Kasus ini juga berhasil membuat Tjahjo Kumolo merasa mati kutu, meski rambutnya bersih tidak berkutu, eh!
Bagaimana tidak gengs, Tjahjo Kumolo terancam dipecat dari jabatanya jika terbukti melakukan kesalahan karena melantik Komjen Pol. Iriawan sebagai Pj Gubernur Jawa Barat.
Tjahjo Kumolo memang belum terbukti melakukan kesalahan secara administratif di pelantikan tersebut. Namun, ia terbukti tidak mengantongi izin resmi dari Presiden untuk melakukan pelantikan Komjen Pol. Iriawan – jika itu yang kita tafsirkan dari kata-kata Pak Jokowi.
Waduh waduh waduh, mungkin jaringan sedang buruk jadi pesannya tidak terkirim tuh, hehehe,
Bicara tidak punya izin gengs, aku jadi teringat cerita lucu sahabat lama yang lumayan konyol hehehe. Begini nih ceritanya.
Sebut saja namanya Bayu, malam itu di depan gerbang rumahku, aku meminta Bayu untuk mengambilkan smartphone di kamar tidurku. Sebelum ia memasuki pintu rumah, aku sempat berpesan kepadanya.
“Bay, jangan lupa untuk memberi salam sebelum kamu masuk dan juga masuklah perlahan menaiki tangga. Ingat pintu kamarku berwarna cokelat di lantai dua,” begitu kataku padanya.
Tak lupa kuucapkan terima kasih kepadanya, dan Bayu menjawab dengan semangat.
“Tenang bosque, aman!”
Tiga puluh menit berlalu, Bayu tidak lekas keluar dari rumahku, dan dengan rasa gelisah aku susul ia ke dalam. Ternyata sial, Bayu sedang jongkok dan dimarahi kedua orang tuaku yang kesal karena masuk tanpa izin ke kamar ayah dan ibuku.
Astaga! Aku baru ingat ternyata Bayu buta warna, maka ia salah masuk kamar. Ahahaha malangnya nasib mu, Bay. Mungkin nggak ya Pak Tjahjo juga buta warna kayak Bayu? Hehehe.
Mbak Najwa Shihab memang favorit, coba simak apa yang di katakannya: “Ambisi politik tentu wajar-wajar saja, selama pandai menginsyafi batasan etika.” (G11)