Enam bulan setelah kasus penyiraman air keras yang dialami Novel Baswedan, hingga kini kasusnya belum ada kemajuan yang berarti. Presiden Jokowi bahkan sampai gemes dengan kinerja Kepolisian. Pamor Tito tersandung Novel?
PinterPolitik.com
Ketika Buaya tersandung Cicak…
[dropcap]B[/dropcap]agi sebagian masyarakat, kasus penyiraman air keras yang dialami penyidik Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) Novel Baswedan mungkin sudah mulai lupa-lupa ingat. Maklum saja, peristiwanya sudah berlangsung sekitar setengah tahun lalu.
Namun bagi KPK, terutama Novel sendiri, peristiwa itu tidak akan mudah dilupakan. Selain tindakan kekerasan itu menyebabkan rusaknya sebelah mata Novel, mereka juga menduga ada ‘orang-orang berkuasa’ di Kepolisian yang ikut andil di dalamnya.
Praduga yang sengaja diumbar ke publik ini, tentu menyudutkan Kepolisian. Sebab, tidak mungkin bagi Korps Bhayangkara untuk main tuduh atasan ataupun seniornya sendiri tanpa ada bukti yang kuat, layaknya tudingan para sejawatnya tersebut.
Jadi lumrah saja, kalau masalah ini jadi seperti simpul tali yang membelit rumit. Apalagi, hubungan KPK dan Kepolisian sendiri memang sudah enggak akur dari awal. Istilah Buaya versus Cicak tentu masih belum sepenuhnya lenyap dari ingatan masyarakat.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian akan menghadap Presiden @jokowi untuk membahas perkembangan kasus Novel Baswedan.https://t.co/gCn54ArcqP
— iNewsTV (@OfficialiNewsTV) November 6, 2017
Sialnya, persoalan antara sesama reptil yang beda tongkrongan ini, lama kelamaan juga ikut membawa-bawa reputasi Presiden. Yah biasalah, kalau ada masalah yang miring dikit tentang Jokowi, pihak-pihak yang di seberang pasti langsung ngeluarin penggorengan. Makin lama gorengnya, makin kriuk hasilnya di 2019 nanti.
Orang yang lebih terkena sial lagi, ya tentu saja Kepala Kepolisian RI, Tito Karnavian. Bisa dibilang, bapak kita ini sedang dalam kondisi ‘sudah jatuh, tertimpa tangga pula’. Udah pembentukan Detasemen Khusus Tindakan Korupsi (Densus Tipikor) ditunda Presiden tanpa batas waktu, ia pun harus kena minyak panas dari gorengan “partai sebelah”.
Gimana enggak, kalau para oposan mulai berkoar-koar menyalahkan Presiden mengenai persoalan Novel, tentu Presiden juga enggak mau diomelin sendirian, dong? Siapa lagi yang akan jadi bumper kesalahan? Ya tentu Kapolri lagi, Kapolri lagi. Wah, kayaknya Buaya lagi apes di musim ini.
Sebagai masyarakat, tentu kita ingin kasus Novel ini segera selesai. Begitu juga Jokowi, karena kalau enggak, tentu aktivitas goreng-menggoreng di kubu sebelah enggak akan berhenti. Jadi, bisakah Tito menjadi ‘tameng’ yang diandalkan dari cipratan-cipratan minyak panas di kubu sebelah? (R24)