Site icon PinterPolitik.com

Titah dr. Tirta Soal Covid-19

Titah dr. Tirta Soal Covid-19

Dokter Tirta bersama beberapa relawan dalam membantu penanganan Covid-19. (Foto: Istimewa)

“Only the doctors got this” – JAY Z, penyanyi rap asal Amerika Serikat


PinterPolitik.com

Ada yang melambung tinggi tapi bukan tendangan pada pertandingan bola. Coba tebak hayo. apa itu? Apa lagi kalau bukan angka kematian di Indonesia akibat si biang kerok virus Covid-19 ini?

Analisis tentang problem angka ini sudah banyak mengarah ke anggapan, “ya mungkin karena Indonesia fasilitas kesehatannya kurang memadai.” Tapi, ternyata persoalan fasilitas kesehatan ini gak sendirian loh. Banyak sangkutannya. Kalian tahu dr. Tirta kan, gengs? Yoi, dokter muda berambut unik dengan gaya bicara losss dan gak rewel tanpa teding aling-aling itu membagikan banyak hal.

Bagi dokter yang juga pebisnis itu, biang kerok utama justru disebabkan karena bandelnya warga +62, terutama pemerintahnya. Nah, lho kok bisa? Mari kita simak.

Kata dr. Tirta di twitter nih, “Pejabat-pejabat yang ga berani karantina wilayah, ayo temenin tenaga medis + relawan berjuang dengan APD seadanya. Pake jas ujan. Ayo sini.”

Biuh, gue suka gaya funky doi, cuy. Ceplas-ceplos tapi ada benarnya juga. Emang susah kalau gak ngegas di Indonesia kan ya.

Coba kita dalami perkataannya. Begini, kalau di lihat dari pengalaman secara genealogis, Indonesia disapa Covid-19 setelah Singapura mengalaminya. Tetapi ternyata larinya Covid-19 di Indonesia ini kenceng amat. Serius.

Sedihnya lagi, kalau kita simak executive summary di situs KawalCOVID-19, jelas sudah hutan belantara menyeramkan akan kita hadapi. Kalau kata anak muda sekarang nih “what a nightmare this is.

Prediksinya nih, andai wabah ini gak segera dijinakkan, sekitar 60-70% warga akan terinfeksi dengan tingkat kematian 1-4% atau 7,5 juta orang. Duh serem amat ya, cuy. Itu nyawa loh. Makanya deh, sekarang serius dengerin.

Kembali ke omongannya om Tirta, ada tiga hal yang harus dijalankan secara cerdas, tepat, dan kompak, yakni pemerintah yang peka, tenaga medis yang ekstra, dan warga yang gak ngeyelan. Tiga hal ini sangat penting mewarisi spirit tersebut.

Kalian bisa bayangin deh, gengs. Andai ketiganya gak kompak: si dokter pada semangat, sebab pemerintah ngasih perintah, tapi giliran dokter minta alat-alat medis, pemerintah gak punya. Hadeehh, ini negara apa dagelan srimulat ya.

Bapak pejabat yang terhormat, tuh uang buat kesehatan rakyat mau di-ke-manain? Heran. Harusnya kan bisa, misal soal APD, pemerintah mbayarin para warga yang bisa jahit guna memproduksi APD yang banyak. Kan bisa manfaat buat ekonomi warga juga.

Nah, juga bagi warga nih, kalau sudah tahu para tenaga medis nih kewalahan menangani pasien, dan alatnya juga terbatas, bisa kali kita sebagai warga nih taat sama anjuran medis dan pemerintah. Jangan ngebandel.

Kita harus ingat nasihat salah satu meme Humas Polda Jabar dalam bahasa Sunda begini, “Jaman ayeuna ngan aya  pilihan: 1. Cicing di imah nurutkeun papatah pamarentah, 2. Asup ka IGD, 3. Poto maneh napel dina Yasin.” Nah, sekarang tinggal pilih mau yang mana.

Jadi, sekarang jelas toh kenapa angka kematian kita tinggi dibanding negara lain di Asia Tenggara – bahkan menjadi tertinggi nomor dua di dunia? Baiknya kita contoh kepatuhan negara lain terhadap protokol medis sembari kita berdoa agar tenaga medis diberi kesehatan dan kekuatan.

Repot kan kayak sekarang bahkan tenaga medis ada yang meninggal. Kalau soal pemerintah, tidak ada doa yang lebih indah daripada semoga lebih peka saja. (F46)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Exit mobile version