Site icon PinterPolitik.com

Tangis Puisi ‘Ibu Indonesia’

Tangis Puisi ‘Ibu Indonesia’

(Foto: Warta Kota)

“Puisi ‘Ibu Indonesia’ adalah refleksi dari keprihatinan saya tentang rasa wawasan kebangsaan dan untuk menarik perhatian anak bangsa agar tidak melupakan jati diri Indonesia asli.” ~ Sukmawati Soekarnoputri.


PinterPolitik.com

[dropcap]U[/dropcap]mat Islam Indonesia sepertinya tengah gegap gempita, setelah mengetahui Sukmawati menyampaikan permintaan maafnya secara resmi saat konferensi pers di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (4/4). Dengan tangis tersedu-sedu, ia menyampaikan permintaan maafnya pada pihak yang merasa tersakiti atas isi puisi tersebut.

Nah ini baru yang namanya gentle, eh, tapi itu harusnya untuk pria, terus kalau wanita disebut apa dung? Ya sudah lah yang penting dia sudah minta maaf, iya gak Coeg! Dengan permintaan maaf ini, artinya sudah clear bahwasanya tidak ada yang perlu dibahas lagi sampai berlarut-larut. Pihak yang merasa tersakiti ya harus gentle juga lah ya, gak bikin perkara lanjutan.

Masalahnya nih, sebelum ini Persaudaraan Alumni (PA) 212 berencana menggelar Aksi Bela Islam 64 untuk merespons dugaan penistaan agama yang dilakukan Sukmawati Soekarnoputri lewat puisi Ibu Indonesia-nya itu. Menurut mereka, isi puisi tersebut dinilai lebih menyakiti, dari penodaan agama oleh Ahok terkait surat Al-Maidah.

Sejauh ini kan Ibu Sukmawati sudah meminta maaf secara langsung, jadi kalau PA 212 ini masih nekat gelar aksi, artinya ketahuan lah ya pihak yang suka ngomporin isu agama itu. Buat apa coba, demi membela kepentingan umat Islam?

FYI (For Your Information) aja nih ya, sebenarnya puisi itu sudah ada sejak lama. Dan menjadi bagian dari buku Kumpulan Puisi Ibu Indonesia yang terbit pada tahun 2006. Dan kembali dibacakan dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018, Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (29/3).

Dan berhubung tema acara tersebut mengenai culture identity, jadi dipilihlah puisi tersebut yang sekiranya memiliki pemaknaan yang sama. Jadi memang puisi itu tercipta bukan atas tujuan mendeskreditkan pihak tertentu. Puisi ini, bagi Sukmawati, murni hanya sebuah karya sastra.

Jadi bukannya Sukmawatinya yang berniat menghina ajaran umat Islam, tapi karena masuk tahun politik, puisi ini dapat dengan mudah dijadikan trigger untuk memantik kebencian. Jadi dikesankan seakan-akan pusi itu memang bertujuan untuk mencemooh dan menjelek-jelekan atribut keislaman.

Jadi tepat lah ya permintaan maaf ini, sebelum pada akhirnya kasus ini meluas kemana-mana. Cape juga tau gak sih, energi bangsa ini diabisin buat mempermasalahkan sesuatu yang gak esensi. Karena dibalik adem ayem-nya umat Muslim Indonesia, ada aja pihak-pihak yang tidak suka. Dan mereka akan terus menghembuskan isu yang sama sampai bisa memperoleh apa yang diinginkan. (K16)

Exit mobile version