Site icon PinterPolitik.com

Tangis Di Awal Pilkada

Tangis Di Awal Pilkada

Akibat adanya foto syur yang memperlihatkan sosok mirip dirinya, Bupati Banyuwangi ini pun mengundurkan diri dari pencalonannya sebagai wakil gubernur Jawa Timur. Tangis di awal Pilkada, pertanda apa?


PinterPolitik.com

“Dengan sangat sedih, dengan sangat prihatin, kami menerima surat mandat itu, tapi kami belum memutuskan siapa yang menjadi pengganti pak Azwar Anas.”

[dropcap]D[/dropcap]engan menahan airmata dan suara tersendat, Sekertaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengumumkan pengunduran diri Azwar Anas dari pencalonannya sebagai wakil gubernur yang akan mendampingi Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur, Agustus nanti.

Foto syur dirinya dengan seseorang (diduga wanita) yang beredar di media sosial, memang menjadi duka lara sekaligus kabar buruk bagi PDI Perjuangan. Mengapa? Karena mereka harus mencari kader lainnya bila ingin tetap berdampingan dengan Gus Ipul, tentu ini bukan perkara mudah. Pantas saja, para Kyai dan Mama Mega ikut nangis dibuatnya.

Padahal Pilkada baru saja dibuka pendaftarannya, namun mengapa tiba-tiba Azwar Anas sudah mengalami sandungan yang menyakitkan begitu ya? Apakah ini peluru yang lepas terlalu dini oleh pihak lawan? Mengapa tidak menunggu saat-saat kampanye aja sih untuk menusuknya? Apa apa ini sebenarnya?

Tapi ternyata pelurunya memang harus ditembak duluan, karena yang jadi sasarannya hanya Azwar Anas, bukan Gus Ipul. Hah, kok begitu? Kalau menurut teori konspirasi, ya memang begitu. Sebab posisi Anas lah yang diincar. Soalnya di atas kertas, Gus Ipul menguasai sebagian besar suara di Jatim. Siapa coba yang tak ingin ikut nebeng menang tanpa susah payah begitu?

Buktinya lagi, setelah kejatuhan pahit kader PDI Perjuangan tersebut, mendadak ada tiga partai lain yang langsung menyodorkan dua nama kader mereka untuk dipilih Gus Ipul sebagai pengganti Anas. Bukankah ini aneh? Padahal sebelumnya, ketiga partai ini pingin mengusung poros sendiri, lho. Sayangnya, tokoh yang dipilih menolak karena (katanya) enggak diizinin sama para kyai.

Gara-gara waktunya mepet, tapi ingin menang, ya apalagi kalau bukan dengan mencari cara-cara mudah kan? Maka ‘kartu As’ pun dilempar, sang target terkapar sehingga posisinya lowong, dan taraaa… penggantipun bisa langsung mereka tawarkan seketika. Enggak usah proses repot-repot dan janji sana sini, tinggal pilih dan pastikan menang!  Pahamkan? Siapa bilang politik ini tidak kejam? (R24)

Exit mobile version