“Itu yang pasti dapat untung tukang kaosnya (bukan lawan politik Jokowi). Pak Jokowi sendiri jangan-jangan malah mendapat simpati karena adanya tagar itu. Masyarakat kita kan enggak tegaan.” Wasekjen PKB, Daniel Johan.
PinterPolitik.com
[dropcap]T[/dropcap]agar #2019GantiPresiden sepertinya tidak habis-habisnya diperbincangkan Warganet. Gak sebatas jargon di media sosial aja, tagar ini kini sudah merambah dunia nyata, salah satunya dalam bentuk kaos. Mmm, makin viral nih sepertinya ya. Daripada upaya makar yang kemarin itu, ya lebih elegan gini lah ya lewat seruan untuk kepentingan Pilpres 2019 mendatang.
Yang menjadi masalahnya nih, apa cukup efektif tagar-tagar semacam ini? Paling cuma anget-anget pup ayam. Apa dengan menjelma nyata menjadi kaos, bisa mempersuasi khalayak ramai utk sepakat tidak melanjutkan Jokowi dua periode? Rasanya bisa beragam lah ya reaksi masyarakat. Simpelnya sih gerakan ini mencetuskan ide, ‘Asal bukan Jokowi’, gitu lah ya kira-kira.
Tapi karena jargon awalnya itu garing dan gak laku, lantas dibungkuslah agar terlihat fresh yaitu #2019GantiPresiden. Intinya mah sama ya, sa ae lau, hahaha. Tapi keberadaan tagar semacam ini menandakan demokrasi Indonesia sudah tambah dewasa. Karena hak konstitusi masyarakat dihargai dengan munculnya banyak pilihan untuk memilih pemimpinnya.
Hampir semua parpol pengusung Jokowi sih menuding gerakan tersebut adalah kampanye hitam untuk mengalahkan Jokowi di Pilpres 2019. Mereka menyebut ini kampanye hitam sampai manuver yang menyedihkan untuk menggunting langkah Jokowi menuju periode kedua. Ya namanya juga oposisi, jadi sah-sah aja, emangnya Jokowi mau Pilpres sendiri tanpa lawan? Itu mah gak demokratis!
Eits, tunggu dulu, apa bener munculnya tagar semacam ini akan menghambat Jokowi maju untuk periode kedua? Gak juga loh ya. Wasekjen PKB, Daniel Johan memandang manuver politik serangan keras seperti itu justru menguntungkan Jokowi. Alih-alih merugi, Jokowi malah diyakini bakal dapat simpati rakyat loh. Ya semacam ‘Politik Play Victim’, jadi serasa ‘terzalimi’ gitu deh.
Permainan politik jenis ini menempatkan politisi sebagai pihak yang selalu melulu jadi korban. Tujuannya gak lain dan gak bukan untuk mendapatkan simpati dari masyarakat yang menilainya. Cara ini terbukti ampuh kok diterapkan pada pemerintahan sebelumnya. Jadi kalau lawan politik Jokowi hendak menyudutkan Jokowi dengan cara semacam ini, yang ada malah Jokowinya yang mendapat simpati. Wadaaw! (K16)