“Kotak boleh kosong, asal jangan otak yang kosong. Pakaian boleh masa kini, asal budaya jangan cuman jadi cerita masa lalu.”
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]ilkada serentak di tujuh belas Provinsi menghasilkan kisah yang beraneka ragam. Beruntungnya dari berbagai kisah yang ada, tidak satupun kisah yang menceritakan tentang pertarungan fisik antarkader partai maupun massa simpatisan partai politik.
Menang dan kalah sudah menjadi hal yang lumrah dalam kontestasi politik. Partai yang mendapat suara paling kecil harus besar hati menerima kekalahan, dan yang menang harus amanah untuk kemajuan daerahnya.
Kalau itu standar banget lah gengs yaaa. Hehehe.
Tapi yang terjadi di tahun ini berbeda gengs. Kisah ini menjadi sorotan masyarakat Sulawesi Selatan bahkan menjadi candaan di berbagai wilayah di Indonesia.
Jangan-jangan kalian juga ikut ngeledekin kasus ini gengs hehehe.
Btw sudah tahu apa yang terjadi di Sulawesi Selatan?
Ya betul sekali gengs, si “kotak kosong” yang berhasil menjadi pemenang Pilkada Kota Makassar yang berhasil menjadi momok di berbagai media massa dan media sosial ahaha.
Hayo siapa yang ikut ngomongin kasus ini? Berhubung kasus ini pertama di Indonesia, boleh juga tuh kalian daftarin ke museum rekor hehehe.
Menurut Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, kasus kemenangan kotak kosong itu, menjadi tamparan keras bagi pasangan calon tunggal Munafri Arifuddin dan Rachmatika Dewi.
Yang parahnya gengs, Surya Paloh meminta seorang pemimpin untuk mengambil kaca besar dan dia juga meminta pemimpin itu berkaca, terus tanya deh pada dirinya, pantas dan patutkah kita menawarkan diri menjadi pemimpin?
Wahahaha jleeb bgt gengs, menurut kalian gimana nih? Surya Paloh yang kurang piknik atau memang kita yang terlalu berlebihan bercandanya? Ahahaha.
Ada dua kemungkinan gengs, dan hanya kaum milenial Sulawesi Selatan yang bisa jawab. Kemungkinan pertama, kotak kosong memang pantas jadi pemimpin, dan yang kedua saya buat ilustrasi cerita di TPS aja ya ehehehe.
Reji : Andi ayo cepat ke TPS, kita gunakan hak suara kita.
Andi : Sudah ji, duluan saja sana, saya mau lanjut Mobile Lenong dulu satu game saja nanti kita susul ka sana.
Reji : Baik Ndi saya tunggu di TPS samping TPU Sentiong ya.
Andi : Eh ji! Jangan lupa ya, kamu coblos itu kotak kosong biar viral nanti di TV. Kasih lucu ji Pilkada tahun ini, supaya tidak tegang-tegang terus gitu. Kasih tau ji kawan semua, biar mereka tau politik tidak identik dengan hal yang serius melulu ji.
Reji : Wah Ndi ide bagus itu, oke sudah saya beritahu semua sekalian kita ada broadcast kawan semua hehehe.
Tujuh jam berlalu dan akhirnya broadcast Reji atas usulan Andi berhasil bikin geger satu Indonesia ahahah.
Nah itu dia gengs, ngerti kan maksudnya? Hehehe. Sekarang ayo ngaku siapa yang suka provokasi seperti itu? Kasian tahu gengs pasangan Munafri Arifuddin dan Rachmatika Dewi.
Sebenarnya itu budaya yang kurang baik. Coba deh renungin kata-katanya Ellen Key: “Pendidikan bisa memberi anda keahlian, tetapi pendidikan budaya mampu memberi Anda martabat.” (G11)