“Ada hadist yang menganjurkan agar memilih pemimpin muslim yang terbaik di antaranya. Jika sampai salah pilih dan justru memilih yang lebih jelek, sesungguhnya dia telah berkhianat pada Alllah SWT.” ~ Kiai Suyuti, Banyuwangi.
PinterPolitik.com
[dropcap]I[/dropcap]barat garam, hidangan sayur tak akan terasa sedap untuk dinikmati. Begitu juga dengan politik di Indonesia yang sudah lekat dengan isu sentimen keagamaan. Tanpa adanya bumbu isu agama, rasanya politik Indonesia cuma terasa hambar. Kayak kurang nendang gitu rasanya. Biar lebih greget, boleh lah ada sedikit isu agama.
Jika melihat Pilkada, umumnya isu sentimen agama muncul di kala ada salah satu Pasangan Calon kepala daerah yang memeluk agama yang berbeda dengan Paslon yang lain. Eits, jangan salah, gak selamanya kayak gitu loh. Karena isu ini juga terkadang bisa muncul meskipun semua Paslon beragama yang sama.
Ya seperti pada Pilkada Jawa Timur (Jatim) yang mempertemukan pasangan Cagub dan Cawagub Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak (Khofifah-Emil) dan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno (Gus Ipul-Puti). Pemilih muslim di Jatim pasti lagi bingung nih mau pilih pemimpin yang mana. Ea ea ea.
Meski sama-sama muslim, bukan berarti isu sentimen agama gak berlaku loh ya. Nih buktinya, Tim Pemenangan Khofifah-Emil mengeluarkan surat sakti, yang tidak lain adalah fatwa fardhu’ain dari para masyayikh Madura dan 300 ulama Jatim dari 38 kabupaten/kota. Fatwa di Pilkada itu sesuatu banget ya.
Surat sakti ini bertujuan untuk menyerukan dan menfatwakan fardhu’ain bagi seluruh masyarakat Jatim untuk memilih pasangan Khofifah-Emil pada Pilgub Jatim mendatang. Dan yang namanya fardhu’ain, artinya kalau nanti gak melakukan atau memilih Paslon yang lain, maka hukumnya adalah auto dosa tuh.
Fatwa model kayak gini mah sifatnya subyektif. Aya aya wae ah. Lagian nih ya, emangnya kurang Islami apa coba Gus Ipul-Puti? Gus Ipul sendiri adalah cicit dari KH Bisri Syansuri, pendiri Nahdlatul Ulama. Dan Puti adalah cucu Soekarno sang proklamator pendiri bangsa yang terkenal akan keislamannya di dunia.
Kok rasanya surat sakti Khofifah-Emil ini lebih mirip kayak respon reaktif tim sukses mereka yang mulai gerah dengan berbagai hasil survei karena lebih banyak mengunggulkan Gus Ipul-Puti. Hadeuh, fatwa kok dijadikan alat politisasi sih. Masyarakat pemilih udah pada cerdas keles, gak bisa digiring dengan fatwa ala-ala model gini! (K16)