HomeCelotehSurat Perpisahan untuk Fahri Hamzah

Surat Perpisahan untuk Fahri Hamzah

“Sendok milik negara tidak ada yang terbawa.” – Fahri Hamzah


 PinterPolitik.com

Dear Fahri Hamzah,

Sejak kemunculanmu menentang rezim Orde Baru di Senayan, namamu mulai mencuat bersama dengan kobaran apimu untuk menegakkan reformasi.

Namun pada akhirnya, dirimu bergabung dengan mereka yang kau benci dahulu.

Masuknya kamu, seorang anak Sumbawa ke kancah politik di Senayan yang menghiasi layar kaca, membuat para aktivis muda pun berpikir…

Apakah kami akan seperti Fahri Hamzah?

Menentang penguasa, namun kemudian bergabung dengan mereka.

Fahri, kau pun telah berkiprah di Senayan selama 15 tahun. Tapi apa pencapaianmu?

Kau bilang tak akan bawa aset negara, barang sesendok pun. Namun kau bawa pergi ekspresi rakyat dengan semua RUU bermasalah.

Kau pergi di tengah polemik hukum dan HAM, kemudian berpesan pada penerusmu

“Banyaklah membaca, jangan banyak berkomentar.”

Dan ku pikir, mungkinkah kau tak punya kaca? Atau memang kau malas berkaca?

Alangkah baiknya kau tengok prestasimu di Senayan selama 15 tahun kariermu disana. Adakah warisanmu yang berharga?

Tapi agaknya beberapa masih mencintaimu dan menangisi kepergianmu. Sungguh kau problematik sekali. Mungkin ada kebaikan darimu yang tak dilihat banyak orang.

Ah sudahlah! Waktumu kan sudah berakhir dan kau memang akan pergi. Kau bahkan sudah menyiapkan dus-dus untuk menampung barangmu. Dan katamu tiada kau bawa barang negara sesendok pun.

Namun, mungkin orang akan ada yang mengira betapa teganya kau tinggalkan demokrasi yang awalnya kau perjuangkan di Senayan pada 98 bersama rekan-rekanmu yang dulu.

Sekali lagi sudahlah. Toh estafet ketidakmampuanmu telah kau berikan ke penerusmu. Bisa apa kami selain mengritik penerusmu, seperti kami mengritikmu sekarang.

Wahai Fahri, benciku padamu sebenarnya tersimpan rindu. Kapan lagi aku bisa melihat wajahmu menghiasi layar kaca dan surat kabar.

Mungkin nanti, KPK juga akan rindu, tak ada lagi legislator yang bersuara lantang ingin membubarkan mereka. DPR juga akan rindu, tak ada lagi yang membela mereka sekeras hati seperti dirimu.Ada satu lagi yang mungkin rindu, Fadli Zon, sahabatmu, mungkin kini akan banyak menyendiri.

Happy retirement Pak Fahri, selamat menikmati uang pensiun Rp 3,8 juta dari negara. (M52)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Baca juga :  Dasco Prime
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Gerindra-PKS Tega Anies Sendiri?

“Being alone is very difficult.” – Yoko Ono PinterPolitik.com Menjelang pergantian tahun biasanya orang-orang akan punya resolusi baru. Malah sering kali resolusi tahun-tahun sebelumnya yang belum...

Ada Luhut, Langkah Bamsoet Surut?

“Empires won by conquest have always fallen either by revolt within or by defeat by a rival.” – John Boyd Orr, Scottish Physician and...

Balasan Jokowi pada Uni Eropa

“Negotiations are a euphemism for capitulation if the shadow of power is not cast across the bargaining table.” – George P. Shultz PinterPolitik.com Sekali-kali mari kita...