Site icon PinterPolitik.com

Sniper Amankan Pemilu Rasa PUBG

Sniper Amankan Pemilu, Rasa PUBG

Irjen Pol Luki Hermawan (foto: Sorotpublik.com)

“Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan ketegangan”. – W.S. Rendra


Pinterpolitik.com

[dropcap]N[/dropcap]amanya juga kompetisi, sebelum peluit panjang ditiup, maka sampai titik darah penghabisan pun tidak akan pernah ada kontestan yang mundur atau menyerah. Apalagi, kompetisi dalam demokrasi yang sudah menghabiskan modal banyak, baik materil, fisik ataupun pikiran. Beh, ibaratnya mending gugur dalam perang deh daripada malu. Hehehe.

Hal yang sama kini terjadi menjelang pengumuman hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei mendatang. Sehingga, konteks tersebut membuat berbagai kalangan harus selalu siap sedia pasang badan.

Dalam Pemilu kali ini ada hal baru yang menarik cuy. Bayangin ya, untuk pengamanan hasil rekapitulasi  suara, Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) mengerahkan armada khusus seperti sniper dan penjinak bom cuy. Weleh-weleh, ini Pemilu apa main PUBG? Boleh tuh sekalian mabar. Hehehe.

Mungkin Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Luki Hermawan masih berjiwa muda banget, jadi membuat konsep pengamanan Pemilu kali ini berbeda dari sebelumnya. Biar lebih terasa aroma milenialnya kali.

Dalam fungsinya, sniper dan penjinak bom itu hanya diturunkan dalam keadaan genting saja, seperti ketika perang dan pengamanan orang VIP/VVIP. lah ini kok buat pengamanan Pemilu? Share on X

Bahkan nih cuy katanya, Luki Hermawan menyatakan telah menyiapkan pasukan lengkap, mulai dari tim gegana, anti teror, sniper hingga penjiak bom. Wadadaw, beneran nih, tinggal menyiapkan container dan dibuat visual wilayahnya cuy. Biar berasa banget PUBG-nya.

Tapi jadi terkesan aneh gak sih menurut kalian? Padahal dalam fungsinya, sniper dan penjinak bom itu hanya diturunkan dalam keadaan genting saja, seperti ketika perang dan pengamanan orang VIP/VVIP.

Lah, kalau sampai mengerahkan sniper dan jibom alias penjinak bom, tim gegana, hingga anti teror, tentunya malah membuat orang lain bertanya-tanya ya. Katanya pemerintah ingin menciptakan iklim Pemilu yang aman dan kondusif, kalau begini mah malah kepolisian terlihat panik dan justru bisa memberikan stimulus agar terjadi situasi chaos.

Padahal secara psikologis, ketika seorang peneror atau jihadis mengetahui bakal ada pengamanan yang ketat, mereka akan semakin tertantang dan bersemangat untuk melancarkan aksinya loh. Tau sendiri, kalangan itu malah semakin bersemangat dan militan kalau jalan mereka semakin sulit. Bahkan mereka akan mempersiapkan diri secara totalitas biar matinya syahid. Hadeh, padahal mah mati sangit alias gosong. Upppss.

Duh, Polda kalau ingin membuat kebijakan jangan terkesan panik dan gugup begitu dong. Takutnya nanti malah terjadi yang tidak-tidak. Iya kalau hanya mendapat banyak kritikan seperti Menko Polhukam Wiranto yang mau membuat kebijakan ngawur. Kalau malah mengundang teror semakin banyak kan malah jadi merepotkan. (F46)

 

Exit mobile version