“Bersikaplah lemah lembut dan sopan santun dengan menundukkan kepala.” ~ Abu Hamid Al Ghazali
PinterPolitik.com
[dropcap]A[/dropcap]da apa dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)? Mereka harus menelan ludah karena kekalahanya di kontestasi Pilkada Jawa Barat (Jabar).
Pertarungan politik gerilya di akar rumput kader PKS dan NU memang sering terjadi dan membuat masyarakat mengelus dada. Konflik keyakinan selalu mewarnai dua kelompok ini tak terkecuali para elite yang sering terlibat.
Hmm, konflik terus, menurut kalian siapa yang sering menyulut api konflik lebih dulu di antara dua kelompok ini? Hehehe.
Sepuluh tahun berkuasa di Jabar, kini PKS harus tunduk dengan pasangan ‘Rindu’ yang di usung oleh partai NU, yaitu PPP dan PKB.
Tidak hanya Jabar, di Jateng dan Jatim pun masih berhasil dipertahankan oleh kelompok NU, walau DKI Jakarta saat ini dikuasai PKS.
Ini menandakan bahwa partai politik bukan menjadi faktor terpenting dalam mengambil hati masyarakat. Apa masyarakat sudah mulai cerdas? Dan apa masyarakat sudah benar-benar muak dengan partai politik? Yang penting sebenernya sih siapa tokohnya dan apa yang telah diperbuat tokoh tersebut.
Tapi kalau untuk tokoh ‘Gabener dan Wagabener’ DKI Jakarta prestasinya apa ya? Upss, balik ke topik gengs, abaikan.
Kekalahan PKS di Jabar mungkin seperti yang dikatakan tokoh NU sekaligus Staf Akademik di Monash Law School Australian, yaitu Nadirsyah Hosen (Gus Nadir). Gus Nadir melalui akun twitter @na_dirs menyebut jika sekarang yang diserang PKS adalah integritas tokoh NU.
Demikian, semoga bisa meredam emosi kawan-kawan NU dan PKS di akar rumput. Bagaimanapun kita semua saudara, yang berbeda sikap dan pandangan, tapi tak mengurangi status kita sebagai sesama saudara. Semoga!
— Nadirsyah Hosen (@na_dirs) July 3, 2018
Maka ia meminta PKS agar berpolitik “secara simpatik dan santun, bukannya menebar kebencian, menyerang pribadi, hingga jualan emosi umat.”
Ternyata oh ternyata, PKS tidak tahu apa itu “santun” ya? Memang tak diajari di sekolah ya gengs? Pantas mereka bisa kalah. Upss. #tegabenerpostingannya.
Memang yang dirasa tak santun di mananya sih pak?
Para tokoh PKS dulu getol sekali menyerang amaliah orang NU, dari soal maulid sampai tahlilan. Walhasil mereka gagal dapat tambahan suara dari jamaah NU. Sampai beredar istilah GAM untuk mendeskripsikan PKS, yaitu Gerakan Anti Maulid.
Duh, masih ada yang lain gak pak tentang PKS?
Dengan guyon, ia mengatakan mereka gak paham bahasa arab karena seharusnya anti maulidah (muannats) bukan anti maulid. Banyak kok tokoh PKS yang setelah kejadian itu jadi ikutan maulid, ziarah kubur, dan lain-lain.
Ia juga menyebutkan bahwa dirinya merasakan sendiri kawan-kawan PKS di Australia ada yg mulai melunak terhadap amaliah NU. Tapi yang ngeyel juga masih banyak sih hehehe.
Wahaha, ngakak pak bisa gitu ya?
Menurutnya, sekarang yang terlihat adalah sejumlah tokoh PKS menyerang integritas tokoh NU dengan agresif dan serentak ini diikuti oleh para kader PKS di akar rumput. Ini jelas tidak menguntungkan PKS sebagai parpol yang tugasnya mendulang suara.
Walah, jadi ini yang menjadi alasan mengapa PKS kalah di Jabar? Tapi untuk NU yang berhasil memenangkan calonnya di Jabar, jangan lupa ya mendorong kadernya untuk menyejahterakan warga Jabar seluruhnya. Tidak peduli dia pendukung PKS, Gerindra, maupun Golput, penganut Agama Kristen, Hindu, maupun Buddha.
Yang terakhir, karena NU sangat dekat dengan rezim hari ini, kalian harus kritis dan progresif mewujudkan kesejahteraan Indonesia. Awas jangan sampai dipanggil KPK, lho! (G35)