Keputusan mengimpor beras yang dikeluarkan menteri perdagangan, mendapat penolakan dari sejumlah daerah. Jadi siapa sih sebenarnya yang butuh beras impor?
PinterPolitik.com
“Harus dipastikan dulu stok beras kita serta hasil panen ke depan, apakah benar-benar beras langka sehingga perlu dilakukan impor dari Negara lain.” ~ Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI)
[dropcap]V[/dropcap]ox Populi, Vox Dei atau suara rakyat adalah suara Tuhan. Jadi dalam hidup bernegara, sudah sepatutnya kalau suara rakyatlah yang menentukan. Bukan penguasa, apalagi pengusaha. Tapi pada kenyataannya, negara kerap lebih mendengarkan suara pengusaha dibandingkan rakyatnya.
Miris? Tentu saja. Tapi hebatnya, saat ini banyak kepala daerah di Indonesia yang amanah pada kehendak rakyat. Mereka lebih memikirkan kepentingan warganya daripada pengusaha. Ah masa sih? Iya dong, buktinya APKASI sudah berdeklarasi kalau wilayah mereka menolak masuknya beras impor. Penolakan juga datang dari para gubernur, baik di Jawa dan wilayah lainnya.
Keputusan impor beras yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) ini memang banyak dipertanyakan, apalagi alasannya karena data yang ada di Kemendag memperlihatkan stok beras menipis, menyusul merangkak naiknya harga beras di pasaran. Tapi apakah impor adalah jawaban satu-satunya?
ADA APA DENGAN IMPOR BERAS 500 RIBU TON???
– Tiap Detik Ada Panen
– Februari Masa Puncak Panen Raya
– Sulsel Over Stok 2,6 jt Ton
– Stok Beras Stabil
– Tiap Daerah Surplus
– Hasil Panen Kalbar Meningkat
– Katanya Swasembada Harusnya Ekspor.Maksudnya Apa, Tujuannya Apa??? pic.twitter.com/5CCRKTbRCR
— M. KHUMAINI (@mkhumaini) January 13, 2018
Terlebih Menteri Pertanian Andi Amran juga menyatakan fakta yang berbeda, karena di lapangan produksi beras malah mengalami surplus. Bahkan bulan depan, beberapa daerah sudah memulai panen raya. Terus daerah mana sih sebenarnya yang butuh beras impor? Jangan-jangan ini hanya akal-akalan, apakah impor beras ini memang “dipaksakan”? Hmmm, banyak yang aneh ya di negara ini.
Hebatnya, setelah alasan stok menipis ditepis, terus urusan perbedaan data ga bisa dibuktikan, eh sekarang ngeles-nya buat stok kalau-kalau akan ada kekurangan di masa datang. Stok di masa datang? Beras kalau disimpan kelamaan bukannya rusak ya? Ah, kok jadi semakin membingungkan saja. Jadi niat impor beras itu sebenarnya apa?
Lebih ajaib lagi saat Opa JK bilang kalau Mendag Enggartiasto Lukita kurang memahami aturan yang berlaku, terkait impor beras itu. Lhoooo, kok Opa tiba-tiba balik badan begituuu? Bukankah sebelumnya Opa yang ikut menyetujui keputusan impor beras itu? Opaa, sudah mulai pelupa ya? Ya sudahlah, namanya juga sudah tua. Mudah-mudahan saja dengan ‘lupa’-nya Opa JK, impor berasnya enggak jadi juga ya. (R24)