“Jangan tanya seberapa sedihnya gue! Karena gue pun nggak bisa menghitung tetes kesedihan itu” ~ Evline Kartika
PinterPolitik.com
[dropcap]M[/dropcap]emang tak pernah ada kata terlambat untuk meminta maaf, tapi rasanya hati orang normal sukar untuk menerima permohonan maaf dari seorang koruptor yang kini sedang duduk di kursi pesakitan.
Dulu saat menikmati kesenangan dari hasil curian uang rakyat, kemanakah kepeduliannya dengan rakyat? Kok sekarang berubah jadi sosok yang cengeng dan meminta belas kasihan. Kalau pun dikasihani, tentu proses hukum terus berjalan.
Nikmati secara perlahan ya bagaimana dinginnya penjara, nikmati juga bagaimana makanan yang pas – pasan. Makanya sedari awal jadi politikus itu jangan diniatkan menjadi ‘garong’, weleeeeh weleeeh.
Setya Novanto terlihat cengeng, menangis tersedu – sedu. Nahloh, kenapa itu? Hayooo siapa yang jailin nih? Parah banget deh, hmmm. Coba bilang siapa yang bikin Setya Novanto nangis gitu? Hadeuuuhh. Tega banget dasar!
Sang koruptor yang terjerat kasus KTP-el ini diam tak berdaya, seolah tak punya kuasa. Padahal dulunya kekuasaannya sangat kuat, dua jabatan penting dipegangnya, Ketua DPR dan Ketua Umum Partai Golkar.
Ya namanya juga kekuasaan, ga ada yang abadi dan mungkin juga karma kali ya untuk para politikus yang berkuasa dan memanfaatkan untuk memperkaya diri sendiri, emang enak dipenjara begitu bbbbrrrrr, dingin dan kesepian kan?
Tapi kalau Setya Novanto minta maaf ya harus dimaafin sih, jangan malah engga dimaafin. Masa sebagai warga negara yang baik mau arogan menjadi hakim atas orang lain sih?
Biarin aja hakim benerannya aja yang ngasih hukum, cuma jangan lupa hukumannya yang paling berat ya. Nahloh, ikut ngatur, weleeeeh weleeeeh, gapapa deh usulan colongan dikit wkwkwk.
Kalau begini kan bisa kita simpulkan Setya Novanto itu bisa jadi politikus ganas dan rakus yang mengeruk uang rakyat, tapi ternyata hatinya itu seperti ABG yang baru puber, lembut sekali, mudah tersentuh, upppsss.
Lagian tumben banget kan Setya Novanto nangis gitu, apalagi nangisnya sambil bacain dokumen begitu? Apa tangisan ini memang sudah jadi skenario di persidangan?
Haduuuuuh, cukup jangan ada drama kocak lagi, ah ilaaahh dah. (Z19)