“Beliau merasa lelah dengan proses peradilan ini,” ~ Firman Wijaya, Kuasa Hukum Setya Novanto
PinterPolitik.com
[dropcap]S[/dropcap]etya Novanto sudah legowo menerima hukuman 15 tahun penjara dan keharusan mengembalikan uang yang telah dicicipinya.
Alhasil, mantan Ketua DPR dan Ketua Umum Partai Golkar itu enggan untuk mengajukan banding. Mungkin Setya Novanto sudah pasrah dengan nasib pilu yang ia terima. Waduh, pasrah gimana, orang terbukti bersalah kok.
Padahal kalau Setya Novanto masih punya argumentasi tak bersalah, masih ada peluang lho Papa Setya Novanto buat mengajukan banding, ehmmm, peluangnya sih hukumannya bisa dikurangi atau bahkan diperberat.
Tapi biasanya sih, orang yang sudah divonis itu kalau minta banding supaya hukumannya dikurangi. Kok Setya Novanto legowo aja sih nerima putusan Pengadilan? Ada dua kemungkinan sih.
Kemungkinan pertama, Setya Novanto sudah legowo menerima hasil putusan Pengadilan dan sudah lelah mengikuti proses peradilan, seperti apa yang dikatakan kuasa hukumnya, Firman Wijaya.
Tapi apakah hal itu yang mendasari Setya Novanto menahan diri tak mengajukan banding? Kayaknya sih belum tentu. Karena kalau Setya Novanto itu mengelak dan ngotot mengaku tak bersalah, jalur hukumnya sudah disediakan kok, mau banding atau ga nih, Setya Novanto?
Tak Ajukan Banding, Setya Novanto Lelah https://t.co/nkjfIkvQYh pic.twitter.com/Qh28rnIcvr
— detikcom (@detikcom) May 2, 2018
Ternyata ehh ternyata, kabarnya Setya Novanto itu takut melakukan banding, karena Setya Novanto bisa diperberat hukumannya, jadi udah divonis 15 tahun, terima sajalah, uhuuukkk uhuuukkk.
Karena kan kemaren itu vonis hakim 15 tahun penjara ternyata lebih ringan dibandingkan tuntutan jaksa, jadi beruntunglah Setya Novanto. Kalau mau banding, jangan harap Setya Novanto bisa lebih ringan hukumannya, tapi siap – siap saja hukumannya pasti lebih diperberat.
Rasanya susah menemukan politikus Indonesia yang jujur ya. Baik jujurnya itu tak melakukan korupsi atau mau mengakui semua perbuatannya secara lantang kepada publik.
Berhubung korupsi itu kaitan eratnya sama politik jadi segala aktivitas politikus harus dipertanggungjawabkan kepada publik. Mau kesuksesan atau keburukan sekalipun publik harus mengetahuinya.
Makanya, Setya Novanto awalnya mengelak ga korupsi, hmmm, kenyataannya? Kejujuran memang mahal ya buat para politikus, weleeeh weleeeh.
Rasanya nasihat pedas dari Muhammad Hatta itu bisa jadi cambukan keras untuk Setya Novanto atau politikus lain yang belum berani jujur.
Kata Hatta, kalau kurang cerdas masih bisa diperbaiki dengan belajar, kurang cakap bisa dihilangkan dengan pengalaman.
Tapi kalau politikus itu tidak jujur, sangat sulit diperbaikinya. Wahai politikus, maukah memperbaiki keadaan? Datanglah ke KPK, weleeh weleeeh. (Z19)