“Selama dua sesi interogasi awal. Entah saya menolak untuk menjawab atau saya akan menjawab”. ― Frank W. Abagnale, konsultan keamanan AS
PinterPolitik.com
Siapa yang dapat melupakan drama politik Setya Novanto alias Papa Setnov yang terjadi di sepanjang tahun 2017? Aku sih tidak. Hehe.
Sepertinya, Papa Setnov sangat terinspirasi oleh film yang keluar tahun 2002 berjudul Catch Me If You Can, yang diadaptasi dari kisah kehidupan Frank Abagnale.
Mirip seperti tokoh Frank Abagnale, yang adalah seorang buronan dan selalu saja berhasil lolos dari kejaran FBI, kurang lebih begitulah kisah Papa Setnov di sepanjang tahun 2017 lalu yang menjadi buronan KPK.
Perjalanan penangkapan Setnov berawal dari bulan Maret 2017 saat doi dipanggil untuk sidang pertama, kemudian ditetapkan jadi tersangka, jatuh sakit, dibebaskan dari status tersangka, mengalami kecelakaan, hingga kembali menjadi terdakwa dan dijatuhi hukuman pidana penjara 15 tahun di Desember 2017.
Lucunya, drama yang diciptakan Papa Setnov tidak berakhir hingga di situ. Bahkan setelah ditahan di Lapas Sukamiskin, Setnov masih bisa mengelabui pihak berwajib dan ke-“gap” publik lagi jalan-jalan bersama istri. Makan nasi padang cuy. Duh, jadi pengen juga nih. Hehehe.
Kayaknya lebih enak jadi tahanan di Indonesia ya, yang masih dikasih waktu untuk jalan-jalan bersama keluarga. Upsss.
PLN terancam bangkrut? simak berita selengkapnya di pinterpolitik.com#PLN
Posted by Pinter Politik on Thursday, September 28, 2017
Untuk kasus yang terbaru, Setnov dinyatakan menghilang setelah diberi izin untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan tiba-tiba dia kembali ke Lapas Sukamiskin.
Kejadian “kabur” sementara yang dilakukan Setnov dari Lapas ini emang mirip dengan ending dari film Catch Me If You Can. Dalam film itu, Frank Abagnale berhasil ditangkap dan dihukum untuk menjadi tahanan rumah agar bisa bekerja dengan FBI. Namun, sempat-sempatnya dia kabur dan mengelabuhi pekerja FBI di sana, tapi keesokan harinya balik kembali pulang menjalankan hukumannya. Kok singkat banget ya?
Merespon kejadian tersebut, Kepala Bagian Humas Ditjen PAS Kemenkumham, Ade Kusmanto menyatakan bahwa Setnov akan dipindahkan ke Rutan Gunung Sindur. Wih, ngeri nggak tuh, soalnya Rutan Gunung Sindur adalah rutan dengan pengamanan maksimum atau “one man one cell” untuk teroris.
Yakin nih kalo Papa Setnov udah di pindah ke Rutan Gunung Sindur, dia nggak akan bisa “kabur” lagi? (R50)