HomePolitik & FigureSemangat Muda Agus untuk Perubahan Jakarta

Semangat Muda Agus untuk Perubahan Jakarta

pinterpolitik.comSelasa, 20 Desember 2016.

Rakyat Indonesia, khususnya DKI Jakarta tentu sudah tidak asing dengan Agus Harimurti Yudhoyono. Suami dari Annisa Larasati Pohan itu merupakan anak sulung dari Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono. Selama ini, pria yang lahir di Bandung pada 10 Agustus 1978 ini aktif di TNI Angkatan Darat. Sebelum dicalonkan sebagai gubernur, pangkat terakhirnya adalah mayor.

Dalam Pilkada DKI Jakarta, Agus ingin sekali bisa menunjukkan determinasi bahwa perubahan itu dibutuhkan oleh ibukota, dibutuhkan oleh warga dan pada akhirnya itu juga yang menggerakkannya  untuk terus bersemangat menjaga stamina selama 2 bulan terakhir ini. “Saya terus bergerilya lapangan menemui, menyapa warga, pagi siang dan malam, karena ingin benar-benar mendapatkan masukan dan juga mencatat, mendengarkan, aspirasi warga Jakarta” ujarnya akhir pekan kemarin.

Agus yang sempat menjadi Komandan Tim Khusus di Aceh, ingin mengubah paradigma pembangunan di Jakarta. Karena bagi dirinya kota Jakarta adalah sebagai sebuah sistem ruang kehidupan yang harus menjadi tempat yang baik, aman, nyaman dan tentram untuk semua warganya. Agus melihat saat ini Jakarta masih seolah-olah hanya milik sebagian kelompok saja. 

Seperti diketahui kemiskinan di Jakarta juga semakin menjadi-jadi, ketimpangan sosial juga terus menganga. Banyak yang belum mendapatkan pekerjaan yang layak dan penghasilan yang juga cukup untuk bisa menafkahi keluarganya. melihat Jakarta itu sebagai sebuah sistem ruang kehidupan yang harus menjadi tempat yang baik, yang aman nyaman dan menentramkan semua warganya. 

Yang diinginkan Agus ialah paradigma pembangunan Jakarta yang inklusif partisipatif di mana melibatkan semua warga dan pada akhirnya mereka semua akan mendapatkan manfaat dari pembangunan di Jakarta. “Kita ingin membangun Jakarta semakin maju, aman, adil, bermartabat dan sejahtera,” tegas Agus.

Baca juga :  Possible Rebound Andika Perkasa
Agus saat menerima international badge dari Deputi Komandan CGSC Mayor General Hughes. Pada saat yang sama, Agus meraih gelar Master of Arts (MA) dalam Leadership and Management dari George Herbert Walker School of Business and Technology, Webster University. Nilainya juga 4,0.



Agus dinilai kompeten dalam urusan kepemimpinan, sebelumnya ia merupakan Mayor Inf. yang sempat menyelesaikan pendidikan militernya di US Army Command and General Staff College (CGSC), Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat. Mayor Agus berhasil lulus dengan IPK 4.0. Ia juga menerima international badge dari Deputi Komandan CGSC Mayor General Hughes.

Perspektif yang ia ambil dalam urusan kepemimpinan yaitu keinginannya untuk membuat Jakarta semakin modern, mampu bersaing, dan maksimal dalam menyediakan akses-akses yang lebih luas untuk berbagai pelayanan publik, tetapi jangan sampai karena pembangunan itu justru menyisakan luka-luka dan rasa kalah bagi sebagian masyarakatnya.

Ada gedung menjulang tinggi tetapi ada yang harus tergusur. Ada yang tertawa dalam sebuah kemewahan, tetapi ada yang untuk makan sehari saja  sulit sekali.

“Nah, inilah dampak-dampak pembangunan seperti ini harus bisa kita tekan betul. Jangan sampai justru akan terjadi pertentangan antar kelas sosial. Sekali lagi saya simpulkan bahwa saya ingin membawa paradigma pembangunan baru di Jakarta. Pembangunan yang humanis dan partisipatif di mana seluruh warganya akan merasakan manfaat besar dari pembangunan Jakarta.”

spot_imgspot_img

#Trending Article

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

Prabowo dan Hegemoni Rasa Takut

Beberapa konglomerat menyiratkan “ketakutan” soal akan seperti apa pemerintahan Prabowo bersikap terhadap mereka.

“Parcok” Kemunafikan PDIP, What’s Next?

Diskursus partai coklat atau “parcok" belakangan jadi narasi hipokrit yang dimainkan PDIP karena mereka justru dinilai sebagai pionir simbiosis sosial-politik dengan entitas yang dimaksud. Lalu, andai benar simbiosis itu eksis, bagaimana masa depannya di era Pemerintahan Prabowo Subianto dan interaksinya dengan aktor lain, termasuk PDIP dan Joko Widodo (Jokowi)?

More Stories

UMKM Motor Ekonomi Dunia

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara berkembang seperti Indonesia...

Jembatan Udara Untuk Papua

PinterPolitik.com JAKARTA - Pemerintah akan memanfaatkan program jembatan udara untuk menjalankan rencana semen satu harga yang dikehendaki Presiden Joko Widodo. Menurut Kepala Pusat Penelitian dan...

Kekerasan Hantui Dunia Pendidikan

PinterPolitik.com Diklat, pada umumnya dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dan pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian serta etika kepada anggota baru. Namun kali ini, lagi-lagi Diklat disalahgunakan, disalahfungsikan, hingga...