“Butuh keberanian mencabut kumis harimau”. – Joko Widodo (2013)
PinterPolitik.com
Beberapa waktu lalu pasti ada yang kangen dengan Luhut Binsar Pandjaitan kan? Setelah sempat muncul dengan aksi-aksi jelang Pilpres 2019, Luhut memang mendadak tidak banyak disorot media.Bukan hanya kangen dengan pernyataan-pernyataannya, tetapi juga dengan kumisnya itu lho. Upss. Tapi jangan salah loh, style yang demikianlah yang bikin Luhut disegani oleh kawan dan lawannya.
Style Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) tersebut ternyata memang tidak banyak berubah sejak dia masih aktif menjadi prajurit TNI. Nah, bagi lawan yang pernah berhadapan dengan dia ketika masih di TNI, pasti kocar-kacir duluan hanya dengan melihat kumisnya itu. Apalagi kalau Luhut sudah mengeluarkan semua jurusnya.
Ada yang berani coba?
Luhut setelah gagal melobi oposisi lalu hilang. Sekali tampil di depan umum bilang libas! Share on XDisarankan sih tidak. Luhut pernah jadi Komandan pertama Detasemen 81, yaitu salah satu pasukan khusus penanggulangan terorisme terbaik di dunia. Coba deh salim dulu sama beliau, dijamin tangan terasa jadi tulang lunak.
Sayangnya, kharisma itu tidak berlaku ketika Luhut coba melobi kubu oposisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dia gagal lalu menghilang dari radar selama beberapa waktu.
Nah, kangen itu sudah bisa terobati dengan kemunculan dia ketika ramai aksi 22 Mei lalu. Tapi, dia kan Menko Maritim, tapi kok ikut-ikut soal pengamanan kerusuhan ya? Jangan berburuk sangka dulu, dia mungkin memberi bebagai wejangan sesuai dengan pengalaman dia waktu masih aktif dulu untuk meredam kerusuhan.
Akhir-akhir ini Luhut emang terpancing untuk berkomentar mengenai aksi 22 Mei lalu. Dia mengaku kesal dengan perusuh yang berusaha menyerang polisi dengan lemparan batu dan bom molotov. Padahal para polisi sudah cukup menahan diri untuk tidak terprovokasi. Selain itu, dia juga mendapat informasi bila yang rusuh tersebut massa bayaran.
“Untung saya sudah enggak jadi tentara, kalau masih jadi tentara saya libas juga itu,” begitu kata Luhut.
Eits, tahan dulu Pak. Masa setelah hilang karena gagal lobi, terus muncul-muncul mau main libas saja? Itu kan komentar yang memperkeruh upaya rekonsiliasi yang sedang dibangun loh.
Lagi pula, tidak perlu pakai kekerasan loh pak. Pak Luhut tinggal datang ke sana, bertolak pinggang, dan massa pasti berkeringat dingin melihat kumis bapak. Upppss. (R47)