HomeTerkiniSBY Kritik Pemerintah Terkait Hoax

SBY Kritik Pemerintah Terkait Hoax

Kecil Besar

Dalam hal ini, Emrus juga menilai Jokowi dan SBY punya pandangan yang sama bahwa hoax sangat merugikan bagi keutuhan bangsa.


pinterpolitik.com Selasa, 24 Januari 2017.

JAKARTA – Baru – baru ini Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono terlihat gusar akan kondisi negara saat ini. Beliau pun mem-posting kegusaran tersebut di twitter melalui akun @SBYudhoyono. Lewat twitter, SBY mengaku heran atas maraknya berita hoax.

“Ya Allah, Tuhan YME. Negara kok jadi begini. Juru fitnah & penyebar ‘hoax’ berkuasa & merajalela. Kapan rakyat & yg lemah menang? *SBY*,” kata SBY, Jumat (20/1)

Menurut Pengamat Komunikasi Politik sekaligus Direktur EmrusCorner, Emrus Sihombing. Menurut Emrus, cuitan SBY di twitter tersebut merupakan kritik dan tampaknya secara tidak langsung dialamatkan kepada pemerintah pengelolah komunikasi di Indonesia karena maraknya hoax di negeri ini.

“Sejatinya, SBY dan Partai Demokrat harus ikut mencari solusi dan berperan serta melakukan solusi itu. Jadi, tidak hanya mengkritik saja,” ujar Emrus di Jakarta, Minggu (22/1).

Dia mengakui bahwa kritik memang perlu sebagai koreksi bagi siapa pun yang melakukan atau menyebarkan hoax atau berita bohong. Menurut dia, bukan lagi “level” SBY yang hanya sekadar mengkritik. Apalagi, SBY sudah dua periode menjadi presiden dan sekarang menjadi Ketua Umum Demokrat.

“Jauh lebih produktif, bila SBY dan Demokrat ikut mengambil bagian “melawan” hoax itu,” imbuh Emrus.

Mengenai berita hoax ini Jokowi pun berpendapat bahwa pemerintah sudah lama bertarung melawan hoax,

“Saya kira sudah lama kita bertarung dengan hoax, kabar bohong. Kita harus mulai membangun budaya baru, membangun nilai kesopanan, kesantunan dalam kita berucap, ujaran-ujaran di media sosial. Saya kira kita sudah bertarung lamalah dan ini terus-menerus.” ujar Jokowi usai mengikuti Kejuaraan Panahan Bogor Terbuka 2017, di Lapangan Wira Yudha, Pusat Pendidikan Zeni Kodiklat TNI, Bogor (22/1)

Baca juga :  Aguan dan The Political Conglomerate

Dalam hal ini, Emrus juga menilai Jokowi dan SBY punya pandangan yang sama bahwa hoax sangat merugikan bagi keutuhan bangsa. Menkominfo Rudiantara juga makin rajin memblokir media-media yang dianggap abal-abal dan yang cuma mencari sensasi. Dewan Pers pun ikut berpartisipasi dengan program sertifikasi wartawan dan memberi stempel media-media yang diakui.

Beberapa langkah lainnya untuk menangkal hoax juga sudah dilakukan, di antaranya pembuatan Badan Siber Nasional. Target dibentuknya lembaga ini bukan sekadar beredarnya berita hoax, tapi juga lebih kepada pertahanan siber.(berita/A15)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Return of the Wolf Warrior?

Retorika internasional Tiongkok belakangan mulai menunjukkan perubahan. Kira-kira apa esensi strategis di baliknya? 

Prabowo’s Revolusi Hijau 2.0?

Presiden Prabowo mengatakan bahwa Indonesia akan memimpin revolusi hijau kedua di peluncuran Gerina. Mengapa ini punya makna strategis?

Cak Imin-Zulhas “Gabut Berhadiah”?

Memiliki similaritas sebagai ketua umum partai politik dan menteri koordinator, namun dengan jalan takdir berbeda, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Zulkifli Hasan (Zulhas) agaknya menampilkan motivasi baru dalam dinamika politik Indonesia. Walau kiprah dan jabatan mereka dinilai “gabut”, manuver keduanya dinilai akan sangat memengaruhi pasang-surut pemerintahan saat ini, menuju kontestasi elektoral berikutnya.

Indonesia Thugocracy: Republik Para Preman?

Pembangunan pabrik BYD di Subang disebut-sebut terkendala akibat premanisme. Sementara LG “kabur” dari investasinya di Indonesia karena masalah “lingkungan investasi”.

Honey Trapping: Kala Rayuan Jadi Spionase

Sejumlah aplikasi kencan tercatat kerap digunakan untuk kepentingan intelijen. Bagaimana sejarah relasi antara spionase dan hubungan romantis itu sendiri?

Menguak CPNS “Gigi Mundur” Berjemaah

Fenomena undur diri ribuan CPNS karena berbagai alasan menyingkap beberapa intepretasi yang kiranya menjadi catatan krusial bagi pemerintah serta bagi para calon ASN itu sendiri. Mengapa demikian?

It is Gibran Time?

Gibran muncul lewat sebuah video monolog – atau bahasa kekiniannya eksplainer – membahas isu penting yang tengah dihadapi Indonesia: bonus demografi. Isu ini memang penting, namun yang mencuri perhatian publik adalah kemunculan Gibran sendiri yang membawakan narasi yang cukup besar seperti bonus demografi.

Anies-Gibran Perpetual Debate?

Respons dan pengingat kritis Anies Baswedan terhadap konten “bonus demografi” Gibran Rakabuming Raka seolah menguak kembali bahwa terdapat gap di antara mereka dan bagaimana audiens serta pengikut mereka bereaksi satu sama lain. Lalu, akankah gap tersebut terpelihara dan turut membentuk dinamika sosial-politik tanah air ke depan?

More Stories

Bukti Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”

PinterPolitik.com mengucapkan Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia ke 72 Tahun, mari kita usung kerja bersama untuk memajukan bangsa ini  

Sejarah Mega Korupsi BLBI

KPK kembali membuka kasus BLBI yang merugikan negara sebanyak 640 Triliun Rupiah setelah lama tidak terdengar kabarnya. Lalu, bagaimana sebetulnya awal mula kasus BLBI...

Mempertanyakan Komnas HAM?

Komnas HAM akan berusia 24 tahun pada bulan Juli 2017. Namun, kinerja lembaga ini masih sangat jauh dari harapan. Bahkan desakan untuk membubarkan lembaga...