“Politik bagaikan daun kering, mudah terhempas dan mudah terbakar.”
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]erebutan kursi pengganti Sandiaga Uno sebagai wakil gubernur DKI Jakarta kian panas. Hal ini menguat seiring kehadiran keponakan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo dalam daftar kandidat tersebut.
Anak dari Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Hashim Djojohadikusumo itu belakangan muncul dan digadang bakal menjadi calon kuat. Asle keras coy, PKS mulai mengendus aroma pengkhianatan nih! Weleh-weleh.
Mungkinkah Prabowo sampai hati mencoreng persahabatannya dengan PKS hanya karena alasan calon pengganti Sandi di Jakarta? Atau ini adalah wujud politik yang sesunguhnya? Share on XPencapaian kekuasaan adalah tujuan yang tidak dapat dinegosiasikan, meski harus kehilangan sahabat dekat. Hmmm, adakah pendapat lain di antara kalian terkait isu ini?
Berkaitan dengan hal itu, kata-kata Sara yang kini menjadi anggota Komisi VIII DPR RI makin memperkuat dugaan pengkhianatan itu. Sara mengaku sudah mengantongi dukungan untuk menjadi pendamping Gubernur DKI Jakata Anies Baswedan.
Gerakan dukungan dari masyarakat dan teman-teman kepada Sara untuk maju sebagai pengganti Sandi, semakin memantapkan dirinya untuk hijrah dari kursi legislatif yang tinggal beberapa bulan lagi diduduki munuju kursi wakil gubernur yang terhitung kurang lebih baru satu tahun berjalan.
Kalau kalian di posisi Sara apakah kalian akan menolak menjadi wakilnya Anies di Jakarta, sebab tidak nyamannya hati dengan PKS yang sudah dapat janji tiket gratis untuk kadernya? Atau kalian berpikir:
“Ah bodo amat, mbok Sandi kan dulunya dari Gerindra, jadi wajar aja dong kalau sekarang saya selaku kader Gerindra yang isi jabatan itu lagi.”
Jika kalian sependapat lebih memilih “bodo amat sama PKS”, mungkin kalian serupa dengan keluarga besar Djojohadikusumo di internal Partai Gerindra yang katanya mendesak Sara untuk maju mengantikan posisi Sandi di Ibukota.
Meski Sara telah menepis isu soal desakan keluarga dan internal partai untuk duduk di Balai Kota Jakarta, banyak yang masih meragukan alasan yang diberikannya itu.
Ia juga bilang: “Karena saya perempuan, untuk mewakili kesetaraan gender maupun keterwakilan perempuan di bidang politik khususnya di Jakarta”.
Jadi mau dan ngebet jadi wakilnya Anies nih? Hmm, apakah alasan itu logis? Ya logis sih, tapi kenapa enggak dari dulu aja ya Gerindra terjunin kader perempuan di Jakarta? Weleh-weleh, orang kaya mah bebas! Wkwkwk. (G35)