“Sambala, sambala, bala sambalado. Terasa pedas, terasa panas.” – Ayu Ting Ting
PinterPolitik.com
Film pertama Rocky terlahir pada 1976. Sejak lahir doi langsung boyong tiga penghargaan Academy Awards untuk kategori sinema terbaik, editing, dan sutradara.
Sementara itu, Rocky Gerung terlahir pada 1959. Sejak doi lahir sampai sekarang penghargaannya adalah … hmmm. Apa ya? Enggak pernah terpikir sebelumnya.
Bercanda keles. Eh tapi profesi kayak Rocky Gerung itu masuknya penghargaan enggak sih? Jika iya, boleh lah dia pernah menjadi dosen ilmu filsafat di Universitas Indonesia. Meski pada 2015 dia semacam dikeluarkan secara tidak langsung dengan menggunakan pendasaran Undang-Undang No 14 tahun 2005.
Duta akal sehat Rocky Gerung kritik tindakan pemerintah yang suka tangkap orang sebagai tindakan receh Share on XUU tentang guru dan dosen ini menyaratkan bahwa dosen minimal bergelar master. Sementara Rocky hanya lulusan sarjana. Kendati hanya bergelar sarjana, Rocky telah berpengalaman mengajar mahasiswa pascasarjana dan program doktor. Salute dah.
Selain itu, doi bersama dengan tokoh seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Azyumardi Azra ikut mendirikan Setara Institute pada 2005. Lembaga ini menjadi wadah pemikir di bidang demokrasi dan hak asasi manusia.
Kalau diperhatikan dari ujung gelas kaca, Rocky Gerung memiliki persamaan dengan tokoh Rocky Balboa di film Rocky yang disinggung di awal. Keduanya jagoan berantem. Balboa bertangan besi, Rocky bermulut sambal. Eh, itu kata lawan-lawan yang nggak sanggup berdebat dengan beliau loh ya.
Bayangkan bila dua Rocky ini berduel, ya tetap menang Rocky Gerung lah, wong dia pakai senjata. Kan ada pepatah “lidah tak bertulang, tapi lebih tajam daripada pedang”. Ea.
Setelah sempat lama enggak nongol di pemberitaan, mulut sambal ala Rocky Gerung ini kembali berulah dengan mengkritik pemerintah Joko Widodo yang dianggap represif kepada oposisi. Hal ini dipicu penangkapan sejumlah tokoh oposisi, seperti Eggi Sudjana, Lieus Sungkharisma, dan Soenarko.
“Prestasinya nangkepin tokoh. Receh amat,” begitu sindir Rocky dengan kadar pedas setara Ayam Geprek Bensu level 10.
Bisa saja Abang Rocky. By the way, supaya enggak receh, memangnya Jokowi harus ngapain ya? Mesti tangkap yang kelas kakap kah maksudnya? Eits, Abang Rocky kok belum diperiksa lagi ya soal kasus kitab fiksi? Jangan-jangan penegak hukum lah yang anggap Bang Rocky receh dan enggak penting? Hayoo hehe.
Semoga saja nasib Rocky Gerung tidak seperti sekuel film Rocky Balboa. Soalnya, film pertama Rocky mendapat banyak penghargaan. Tapi tujuh film selanjutnya enggak pernah lagi dapat tuh.
Nah, Abang Rocky ini pada awalnya banyak yang respect karena menjadi dosen yang kritis. Tapi setelah jadi oposisi, karirnya kok semakin redup. Jangan sampai prestasi terakhir hanya jadi narasumber di Indonesia Lawyer Club saja, upps. Kalau kata Bang Karni: “Kita rehat sejenak”. Hehe. (R47)