“Saya berhenti dari jabatan sebagai Wakil Ketua Komisi Pengawas Partai Demokrat. Dan komitmen kami kepada bapak Jokowi adalah wujud kecintaan kepada NKRI. Jayalah NKRI, ReJo untuk Indonesia,” ~ Ketua Umum Relawan Jokowi, HM Darmizal.
PinterPolitik.com
[dropcap]N[/dropcap]asib sial memang sedang menghinggapi Partai Demokrat. Sejak tidak lagi menjadi partai penguasa, suara Demokrat turun drastis dari 20,85% (Pemilu 2009) menjadi 10,19 persen (Pemilu 2014). Mungkin ini efek citra negatif akibat ditinggal kader terbaiknya yang banyak menghuni hotel prodeo. Eh, gak sampe disitu aja loh, belakangan ada kader yang keluar dan justru membelot mendukung Presiden petahana, Jokowi.
Dia adalah Darmizal, Wakil Ketua Komisi Pengawas Partai Demokrat. Darmizal memutuskan mundur dari jabatanya setelah memilih untuk menjadi Ketua Umum Relawan Jokowi (ReJo). Keputusan itu ia sampaikan usai ReJo mendeklarasikan diri di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (6/5). Tsadeest.
Sebenernya sih Demokrat gak terlalu mau ambil pusing lah ya sama tindakan yang dilakukan oleh Darmizal ini. Meski ia disebut-sebut juga sebagai salah satu pendiri partai Demokrat, tapi kalau mau memilih jalan politik yang berbeda, itu hak pribadi dia. Tapi masalahnya dia pergi membawa banyak kader.
Tokoh Demokrat yang sudah bergabung ke Rejo, sebut aja Anwar Fuadi, Vence Rumangkang, Hayono Isman, Jenderal (Purn) Jali Yusuf. Ada juga tokoh nasional lain, seperti Fredy Numberi, Abdurahman Abdullah, Ferarri Romawi, Sri Mulyono, Wayan Gunastre, Senja Nirwana, Fauzi Bahar, Habib Ali Alatas, serta Presiden Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI), Mudhofir Khamid.
Nah loh, Demokrat ditinggal segitu banyak politisi sesepuh pendiri partai. Gimana ya nasibnya nanti? Masih bisa jalan normal gak tuh untuk menyukseskan strategi di Pilpres 2019 mendatang? Apa jangan-kjangan gegara ini jalan Demokrat jadi tambah terseok-seok karena gak punya kader unggulan lagi?
Para pendiri partai Demokrat yang bergabung dalam ReJo ini sepertinya melihat sosok Jokowi sebagai harapan baru yang jauh lebih menjanjikan, sehingga dapat membawa Indonesia lebih baik di bawah kepemimpinannya. Untuk itu tidak cukup dengan hanya meyaksikan kesuksesasn itu dari luar saja. Mereka merasa perlu untuk ikut merasakannya dari dalam dan ikut bergabung. Seperti halnya yang dikatakan filsuf Voltaire (1694-1778), ‘It is not sufficient to see and to know the beauty of a work. We must feel and be affected by it.’ (K16)