“Dunia ternyata sederhana. Orang-orang sering merupakan cermin dari diri sendiri. Hanya saja kadang seseorang terlalu buta untuk menatap.” ~Aditia Yudis
PinterPolitik.com
[dropcap]A[/dropcap]da apa dengan pesantren? Mengapa menjadi pesona yang amat memikat bagi para politisi negeri ini? Kenapa mereka rela blusukan berkunjung dan menebar janji di tempat itu?
Pesantren itu layaknya tempat mengemban pendidikan, di mana ada pendidik dan anak didik. Namun, ada nilai budaya yang istimewa dari pesantren dibandingkan sarana pendidikan lainnya. Nah, salah satu yang menarik bagi politisi adalah, nilai budaya kepatuhan santri kepada sang kiai, pendidik sekaligus panutan.
Kalau ada istilah ‘suara rakyat suara Tuhan’, kalau di pesantren mungkin saja ada ungkapan ‘suara kiai suara Tuhan’. Jadi kalau sang kiai sudah bersuara, seisi pesantren punya kecenderung dengan pilihan yang sama. Hal tersebut membuat pesantren cukup ampuh dijadikan mesin kampanye.
Koalisi Indonesia Adil dan Makmur nggak pernah menampik kalau pesantren merupakan salah satu segmen politik yang kini digilai oleh pihaknya. Meski begitu, mereka menegaskan tidak ingin ada gejolak persaingan antara pesantren yang mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dengan pesantren yang mendukung calon lain.
Nice! Tapi gimana itu ceritanya kalau ada yang tiba-tiba suka narsis klaim dukungan? Hayooo…
Jadi sebenarnya boleh nggak sih kampanye di pesantren? Share on XAnggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga mengatakan kalau pihaknya telah mengingatkan capres dan cawapres untuk masuk ke pesantren dengan cara yang lembut dan tidak mengundang polemik perdebatan-perdebatan yang bisa menyinggung kelompok lain.
Hmm, tapi nganu, kalau di pesantren ngomongin kejelekan pemerintah dan menakut-nakuti betapa bobroknya negeri ini gimana tuh Pak? Apakah masih dikategorikan dengan kampanye halus? Hehehehe.
Kubu Prabowo-Sandi mengaku sadar akan hak para santri dalam berdemokrasi dan menegaskan tidak akan mengarahkan hal-hal secara tidak benar oleh pihak-pihak tertentu.
Pihak Prabowo-Sandi menyadari kalau pesantren memiliki kelompok kekuatannya sendiri, sama seperti emak-emak dan kelompok milenial.
Ehmm, tapi tunggu dulu deh. Bukannya KPU dan Bawaslu memiliki peraturan untuk tidak berkampanye di pesantren? Gimana dong? Apa mau revisi aturan lagi nih? (E36)