“Elektabilitas tertinggi untuk partai baru ada di Perindo dengan 3,3 persen, Partai Berkarya di 0,9 persen, Partai Garuda 0,4 persen, dan PSI terendah di 0,1 persen.” ~ Direktur Riset Lembaga survei Median, Sudarto
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]emilu 2019 diramaikan dengan hadirnya para pendatang baru. Setidaknya ada empat partai baru yang sedang ‘magang’ jadi peserta Pemilu 2019.
Masih meraba – raba, kiranya gimana ya pola dan peta politik di Indonesia?
Empat partai baru ini memang punya tantangan yang berat, selain harus memperkenalkan diri dan menarik perhatian masyarakat, mereka juga saling sikut dengan partai senior yang lebih dulu berkiprah.
Mau tak mau, empat partai baru ini harus adu strategi gimana caranya merebut hati rakyat. Tapi sebagai gambaran aja nih, dari empat partai baru ternyata yang perkembangannya paling signifikan itu Partai Perindo. Strategi pembagian gerobak dan mars Perindo yang diputar setiap hari, kayaknya lumayan membantu, weeewww.
Nah, yang mengejutkan lagi ternyata, partai yang katanya partainya anak muda, sering belain pemerintah dan berpenampilamn nyentrik ala anak muda, justru harus puas dapet nilai paling rendah alias jeblok.
Hadeuuuhh, strategi menjaring anak mudanya gagal dong kalau gini hasilnya, masa elektabilitas 0,1 persen sih?
Artinya PSI gagal muncul sebagai konsep partainya anak muda. Padahal ngarepnya di era milenial kayak sekarang ini, PSI bisa jadi pilihan ya buat anak muda? Hmmm, ga bisa dipukul rata begitu dong.
PSI harus sadar diri sebenernya, kalau PSI ga asal nemplok ke Jokowi, kayaknya sih nilai elektabilitasnya ga mungkin paling rendah. Emangnya PSI ga punya strategi lain apa?
Ada sih, kayak strategi comot artis dan atlet, sepertinya sih gagal juga ya? Bukannya PSI itu mulai rame diisi artis dan atlet juga ya?
Kok perkembangannya malah turun begitu sih? Padahal para politikusnya sering banget muncul di televisi, apalagi nyinyir-nya kan luarbiasa, kok malah ga dapet simpati publik ya?
Ngeliat masalah begini, para pengurus PSI harusnya berguru sama Winston Churchill, biar PSI itu bisa menempatkan kesempatan dalam setiap kesulitan.
Nah, harusnya PSI bisa evaluasi, salahnya di mana? Kayaknya sih gara – gara nyinyir mulu deh. Tapi nyinyirnya itu ngebelain mati – matian pemerintah, hadeuuhh, dukung pemerintah sih dukung, tapi jangan dukung ‘buta’ juga dong, weleeh weleeh. (Z19)