“Pengalaman tanpa teori itu buta, tapi teori tanpa pengalaman hanyalah sebuah permainan kecerdasan.” ~ Immanuel Kant
PinterPolitik.com
[dropcap]W[/dropcap]ew, kasus penodaan agama yang menjerat Meiliana di Tanjung Balai, Sumatera Utara kembali menuai komentar gengs. Kali ini sajak panas itu keluar dari lidahnya Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti. Ia menilai, Presiden Jokowi itu lambat dalam menangani permasalahan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
Menurut Ray Rangkuti yang juga akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, pemerintahan Jokowi lambat dalam merespon isu SARA itu. Doi juga sempat membandingkan apa yang terjadi pada zaman Jokowi ini dengan eranya SBY loh.
Menurutnya sikap pemerintah akhir-akhir ini agak lesu, tidak seperti pemerintahan SBY, terutama soal menyikapi masalah-masalah yang seperti isu SARA.
Ray juga menyingung masalah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang belum juga dapat diselesaikan oleh Jokowi selama empat tahun memimpin. Weleh-weleh, masa sih pak?
Hmmm, mungkin nih gengs kalau sampai Jokowi ikutin sarannya Ray untuk menuntaskan kasus HAM, bisa-bisa dinamika Pilpres 2019 jadi enggak seru dong.
Soalnya kan Prabowo sebagai lawan tunggalnya Jokowi di Pilpres 2019, katanya terlibat dalam kasus HAM. Bisa jadi Prabowo keciduk karena kasus… Eh gengs, enggak jadi eyke bahas deh, abisnya eyke takut nanti malah dibilang antek-antek cebong lagi. Wkwkwkw.
Nah intinya sih gengs, Ray itu meminta kepada pemerintah dan juga Prabowo agar ada agenda yang jelas menjelang pesta demokrasi mendatang, terutama terkait kekonsistenan pemerintah dalam menghadapi kasus SARA dan HAM.
Jadi kalau menurut kalian, di antara kedua calon presiden 2019, siapa nih yang tebih tegas ngomongin masalah HAM? Kalau menurut eyke sih gengs jelas Prabowo dong. Kalau Jokowi mah cemen, soalnya baru dibilang gagal nyelesain kasus HAM. Kalau Prabowo mah beda, buktinya doi bisa buat pembahasaan dan kasus “HA…mpir aja keceplosan gengs.” Hahaha.
Gengs daripada kalian pikirin masalah HAM yang tak kunjung usai, mending kalian pikirin ungkapannya Jalaluddin Rumi biar enggak kesal: Mata hati punya kemampuan 70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran dari pada indra penglihatan. Share on X(G35)