Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani menyebut Pemerintahan Jokowi – JK selama tiga tahun ini berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ah, masa? Ah, yang benar? Ah, iya?
PinterPolitik.com
[dropcap size=big]S[/dropcap]ebagai menteri yang gaung kerjanya halus, bahkan jarang terdengar, ucapannya itu wajar menerbitkan kernyit di dahi serta nyinyir kemudian. Kesejahteraan masyarakat yang diukur dari angka Indeks Pembangunan Indonesia (IPM) yang terus naik hingga peringkat untuk menjadi negara dengan kategori High Human Development, seolah berbanding terbalik dengan banyaknya pusat perbelanjaan yang tutup, daya beli masyarakat yang turun, serta harga kebutuhan pokok yang berlomba-lomba naik.
Bagi Puan Maharani Binti Taufik Kiemas, yang terpenting adalah bagaimana data-data ‘cantik’ yang dipilihnya itu digelar sebagai laporan 3 tahun pemerintahan Jokowi – JK. Mau seperti apa kenyataannya di masyarakat, itu perkara lain. Namun, kita mungkin juga harus memaklumi, bisa jadi memang hanya itulah hal yang dapat dikerjakan oleh menteri yang (dicurigai) punya moto seperti mobil Panther “Nyaris Tak Terdengar”.
Mau apapun data yang disajikan Puan, ia tetap langgeng berada di posisi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Sudah sahih terbukti dirinya lolos dari goncangan kocok ulang kabinet yang lalu-lalu. Dirinya aman, untouchable. Kinerjanya tak pernah buruk, karena ia sendiri pun tak tahu apa pekerjaannya.
Tiba-tiba terbayang saat presiden Jokowi awal membentuk kabinet. Pasti sama sekali tak mudah buatnya. Mengapa? Sebab Mama tercinta yang senantiasa mendampingi, berkali-kali meliriknya tanpa kata-kata. Jokowi salah tingkah.
Kalau Presiden adalah manajer tim sepak bola yang hendak membentuk tim impian, maka langkahnya harus tersandung oleh sang direktur. Sang direktur bebas masuk dan bertanya, “Anakku dapat posisi apa, Jok?”. Jokowi pasti agak kelabakan awalnya.
Untungnya, ia cepat memutar otak dengan membuat posisi baru, yakni sebagai penyelamat bola. Apa tugas utama sang penyelamat bola? “Dia berlari-lari kecil di luar lapangan, mengawasi para pemain dan pergerakan bola, menyelamatkan bola kalau bola keluar lapangan, lalu memberkannya pada pemain. Luar biasa, bukan?”
Sang direktur yang tahu menahu soal sepak bola itu tersenyum kecil. Pak Jokowi lantas melanjutkan, “posisi itu penting sekali lho, Bu. Sangat strategis dan mulia. Kinerjanya akan sangat berguna bagi tim dan kebelangsungan pertandingan.”. Sang direktur manggut-manggut, lantas menaikan gaji sang manajer tanpa tahu arti penyelamat bola adalah si anak gawang. (A27)