“Politik adalah seni mencari masalah, menemukan apakah hal itu eksis atau tidak, mendiagnosanya secara salah, dan memberikan obat yang salah.”
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]artai Solidaritas Indonesia (PSI) kini berlagak seperti partai politik penguasa dan penentu kursi Kabinet Jokowi nanti.
Pendaftaran Calon Presiden saja belum dibuka, tapi PSI sudah sibuk atau sok sibuk menentukan alternatif calon pengisi kursi pembantu Presiden. Maklum partai baru masih mencari kesibukan, weleeeeh weleeeh.
Munculnya berbagai nama dari PSI ini pertimbangannya apa? Yang dekat dengan PSI atau memang sudah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh PSI. Lah, berarti PSI punya kriteria dong?
Apa coba kriterianya? Penasaran gimana sih cara PSI nentuin nama – namanya, weeeiiitttss jangan panik dong kalau ditanya begini, weleeeh weleeeh.
Baru jadi peserta Pemilu ya? Wajarlah harus dimaklumi dulu. Tahu apa coba tentang kelayakan pengisi kursi Menteri? Eetttt, tahulah! Makanya kan tadi ditanya kriterianya apa? Integritas, kompetensi, bersih atau apa? Hadeuuuuhhh.
Langkah yang sok tahu atau memang diberikan tugas oleh Presiden Jokowi? Emang hasil kajian PSI ini dipake gitu sama Jokowi nanti kalau terpilih? Ahhhh belum tentu juga. PSI aja masih ‘anak bawang’.
Hadeuuuhhh, biarkanlah Jokowi yang menentukan, hak prerogatifnya Presiden kan? Ngapain jadi PSI yang ngatur, weleeeeh weleeeeh. PSI ini sebenernya siapa sih? Woailaaaahhh, semua susunan dibikin sendiri, semaunya sendiri dan seenak jidatnya sendiri.
Tapi gapapalah ya, usulan ini harus dihargai juga, kan kasihan PSI udah jerih payah pusing mikirin beginian. Tapi lain kali dipikirin dulu deh, kira – kira langkah itu tepat atau enggak? Maklum, partai baru, weleeeh weleeh.
Biasanya kalau partai baru dimaklum dulu, karena mungkin masih mencari ritme politik nasional, ehhhh makanya ga aneh kalau PSI buru – buru usulin nama Menteri.
Yang lebih lucunya lagi, PSI juga melakukan kajian Cawapres untuk Jokowi. Muncul 12 nama lagi, darimana coba dapetnya hadeuhhh. Salah satunya nama Ketua PBNU, Said Aqil Siradj. Alhasil, PSI langsung menemui Said Aqil.
Tapi sayang sekali, Said Aqil menolak diusulkan jadi Cawapres versi PSI karena Said memilih jadi ahli agama saja dan tak mau jadi politikus.
Nah loh, nama Cawapres yang diusulkan PSI aja menolak. Apa maksudnya coba PSI begini, mau mendomplengi Nadhatul Ulama untuk berpolitik? NU kan bukan partai politik, ahhhh ilaaahhhh, weleeeh weleeh. (Z19)