“Hati-hati kalau bercanda. Nanti tidak ada yang menyeriusimu.” ~Bernard Batubara
PinterPolitik.com
[dropcap]S[/dropcap]erba salah memang jadi politikus. Bertingkah apapun ada komentarnya. Bersikap baik dibilang pencitraan. Bersikap buruk? Hmm, nggak usah ditanya. Terus lebih lucunya lagi, ngomong berwibawa dibilang kaku, nggak asik, nggak funky. Tapi pas bercanda dibilang sok asik. Syulit memang.
Hufft, untung aku cuma manusia biasa yang nggak terlalu terkenal. Lebih seru. Jadi bisa ikutan berkomentar. Kan hanya golongan hamba-hamba tak terkenal kurang kerjaan seperti ku yang berhak berkomentar. Hiya, hiya, hiya. Terutama di sosial media. Hiya, hiya, hiyaaa…
Ehh maap, itu cuma bercanda loh ya. Para tukang komentar harap jangan sakit hati. Ihh sumpah deh, sekarang kok mau bercanda aja jadi sungkan. Kok ya sekarang pada serius-serius amat. Hehehe.
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto bahkan sampai ikutan baper loh. Bukan baper karena dibercandain, tapi karena dianggap menghina ketika bercanda. Apalagi setelah doi bergurau soal ‘tampang Boyolali’, abis udah diserang netijen. Etdaahhh…
Sungguh polemik itu mudah sekali dibuat. Nggak perlu capek-capek sekolah kedokteran. Mudah sekali. Andai membuat mimpi jadi nyata semudah membuat polemik. Wkwkwk.
Saat berpidato pada deklarasi dukungan dari Komando Ulama Pemenangan Prabowo-Sandi (Koppasandi) di GOR Soemantri Broadjonegoro, Kuningan, Jakarta Selata, Prabowo bicara soal candaan yang seolah dibatasi. Pak Prabowo kayaknya kebingungan. Please deh, katanya nggak boleh serius-serius jadi orang, giliran bercanda dihujat. Terus Prabowo kudu piye?
Gimana nggak sebel ya, masa cuma mengatakan istilah ‘emak-emak’ jadi masalah. Katanya istilah ‘emak-emak’ itu nggak bagus. Waduh, nggak tahu aja, dibalik kata ‘emak-emak’ itu, memancarkan kesaktian yang amat ditakuti. Aih aih..
Karena selalu dihujat soal gaya bercandanya, Prabowo jadi bertanya-tanya, apa sekarang gurauan nggak bisa lagi diungkapkan dengan bebas? Gimana ya, perkataan apa pun bisa dipolitisasi dan menjadi perdebatan kok. Pasti pusiaaangg deh…
Kalau dipikir-pikir bangsa kita itu memang bangsa yang serius. Belum siap mendengar berbagai macam candaan. Stand up comedian yang memang kerjanya becanda aja bisa dipersekusi karena joke–joke-nya, apalagi Bapak yang seorang politisi. Hiya, hiya, hiya.
Itu baru soal emak-emak ya, belum lagi soal ‘tampang Boyolali’ yang kini menjadi kemelut menjengkelkan. Makanya lain kali bercandanya jangan soal fisik deh. Apalagi menyebut secara kelompok. Ngeri-ngeri gurih itu.
Ya, sekarang kan memang apapun jadi gorengan politik. Bapak juga harusnya tidak perlu baper, toh kubu sebelah juga sama. Bukannya memang begitu ya cara politikus bermain? (E36)