“Hukum adalah akal, bebas dari gairah.” ~AristotelesSiapa yang berbuat curang maka akan dibalas dengan kecurangan. ” ~Deassy M. Destiani
PinterPolitik.com
[dropcap]K[/dropcap]ecurangan-kecurangan dalam gelaran sebesar pemilu sering kali menjadi sesuatu yang dihalalkan. Kadang bukan sang calon penguasa yang melumrahkan. Melainkan para manusia di belakang layar yang ambisi kemenangannya di atas rata-rata. Tentu, manusia-manusia yang dipanggil ‘oknum’ tersebut yang menjadi virus berbagaya bagi demokrasi.
Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto pun mengamini adanya hal tersebut. Menurutnya, pemilihan presiden selalu diwarnai aksi kecurangan yang dilakukan oleh oknum. Namun sayangnya, aksi terlarang tersebut sulit diendus oleh penyelenggara pemilu. Kenapa tuh?
Ya, mungkin saja jumlah pegawai Bawaslu tak sebanyak oknum yang berkeliaran. Tapi kan sebenarnya di atas bumi ini ada berjuta mata manusia. Apakah rakyat kita seacuh itu, sehingga kecurangan yang terlihat tak lantas dilaporkan? Atau sudah dilaporkan tapi justru pihak penyelenggaran pemilu bersikap acuh tak acuh? Hmmm…
Prabowo yang sudah berkali-kali mengikuti kontestasi pilpres ini tentu sudah sangat terbiasa dengan adanya kecurangan-kecurangan. Doi pun mengaku risih, karena yang dirugikan justru para paslon yang akan bertanding.
Prabowo mengatakan, modus kecurangan oknum-oknum ini bermacam-macam. Ada oknum yang menggunakan nama-nama hantu. Satu nama bisa nyoblos 18 kali. Waduhh, jadi maksudnya mereka pakai nama kuntilanak, pocong, atau wewe gombel gitu? Wkwkwk, nggak gitu ya?
Aku sih setuju banget dengan Pak Prabowo, yang mengatakan kecurangan dalam kontestasi demokrasi. bisa merusak keadilan di dalam pengelenggaraan pemilu. Makannya kita sebagai rakyat juga harus tegas kalau melihat ada yang nggak beres.
Sebenarnya, kecurangan dalam sebuah ajang pertarungan bukanlah hal yang aneh. Jangankan pilpres, pertandingan sepakbola tingkat kecamatan aja bisa ada curang-curangnya. Wasit bisa disogok, sedikit-dikit prit. Tapi gaes, yang mengganjal di benak Pak Prabowo, kok dalam pilpres, yang sering kena semprit kubunya sendiri? Kubu sebelah kenapa enggak?
Waduhh, coba ditanya yang benar ke Bawaslu. Atau mungkin emang kubu Bapak kali yang suka bandel. Coba deh intropeksi diri dulu. Malu kan kalau ketahuan curang? Hihihi. (E36)