“Tetapi mata memang buta. Orang harus melihat dengan hati.” ~Antoine de Saint-Exupéry
PinterPolitik.com
[dropcap]D[/dropcap]irektur Komunikasi dan Media Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Hashim Djojohadikusumo mengemukakan isu kemudahan bagi penyandang disabilitas, lewat janji pencetakan mata uang braille jika menang di Pilpres 2019. Perlu nggak?
Sekilas ide ini terdengar sangat brilian. Ya, aku pun selama ini juga bertanya-tanya, bagaimana orang yang tidak dapat melihat mengetahui jumlah nilai uang kita? Braille pasti akan sangat membantu. Konon, ide tersebut merupakan aspirasi dari para tunanetra.
Hmm, tapi tunggu dulu gaes. Melihat dari situs resmi Bank Indonesia, bi.go.id, diketahui BI sudah menghadirikan kemudahan agar tunanetra dapat mendeteksi nominal uang sejak penerbitan uang kertas pecahan emisi 2004, yakni dengan kode tunanetra atau blind code.
Lah, kalau memang sudah ada blind code, terus kenapa Bapake bilang para tunatetra meminta pencetakan mata uang braille? Ya, dari pada sibuk berasumsi, mari kita pastikan sendiri dengan mengecek uang kita masing-masing. Punya?
Katanya uang rupiah kita sudah punya blind code, untuk dilihat atau diraba? Share on XKalau di uang rupiah tahun emisi 2004, blind code dicetak dengan berbagai bentuk sesuai nilai pecahan uangnya dan terletak di pojok kiri samping gambar pahlawan. Uang Rp20 ribu bentuknya segiempat, uang pecahan Rp50 ribu bentuknya segitiga, sedangkan di uang Rp100 ribu, ada blind code berupa lingkaran.
Nah, itu kan uang-uang bernomor emisi 2004 ya. Sedangkan pada 2016, Gubernur BI saat itu, Agus Martomardojo, memperkenalkan tujuh pecahan uang kertas emisi 2016 dengan desain blind code baru. Sekarang posisi kode ada di kedua sisi uang dan kasar jika diraba, bentuknya sama semua, yakni berupa pasangan garis pendek dengan posisi berdekatan agak miring. Terus bedainnya gimana? Setiap pecahan punya jumlah pasangan garis yang berbeda.
Uang Rp100 ribu punya sepasang garis, uang Rp 50 ribu terdapat dua pasang garis, pecahan Rp20 ribu punya tiga pasang garis, Rp10 ribu ada empat pasang garis di bagian pinggir bawah, dan seterusnya.
Kita yang bisa melihat pasti gampang mengetahui gambar-gambar lambang tersebut. Tapi coba deh kalau diraba, berasa nggak? Pelan-pelan aja. Kalau belum terasa juga, jangan menyerah. Soalnya, blind code tersebut katanya sudah melalui konsultasi dengan PERTUNI (Persatuan Tuna Netra Indonesia).
Yup, waktu habis! Sudah berapa lama Anda meraba-raba? Belum berasa juga? Kalau gitu kita senasib! Waduuuhh gimana nih? Kenapa aku nggak bisa merasakan kode yang katanya sudah tebal itu? Kenapa? Ini kodenya yang kurang tebal atau kitanya aja yang nggak punya perasaan? Ehhh… (E36)