“Jarak itu sebenarnya tak pernah ada. Pertemuan dan perpisahan dilahirkan oleh perasaan.” ~Joko Pinurbo
PinterPolitik.com
[dropcap]D[/dropcap]i waktu kampanye, silaturahmi menjadi agenda favorit para politisi. Saat itulah momen berbagi senyum mengalir penuh makna. Maknanya ya ‘Jangan lupa dukung saya di pemilu nanti’. Hmmm…
Tapi bagi calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto acara kunjungan yang ia lakukan pada tanggal 3 Oktober 2018 punya tujuan yang sedikit berbeda. Kunjungannya ke Pondok Pesantren Alam dan Agrokultural, yang juga merupakan Markaz Syariah milik Imam Besar FPI Rizieq Shihab tersebut bisa jadi sebagai momen untuk memenenangkan diri. Kenapa?
Kalian nggak inget 3 Oktober itu hari apa? Yup, hari ketika Ratna Sarumpaet mengumumkan kebohongannya, sekaligus menjadi hari paling memalukan untuk Prabowo.
Setelah masalah berita hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet, Pak Prabowo pasti pusing banget deh. Pusing mikirin gimana caranya agar masyarakat melupakan kebodohannya membela kebohongan yang dibuat Ratna Sarumpaet.
Di-bully tiap detik pasti nggak enak banget ya. Hati pasti serasa disambar petir berkali-kali. Makanya, ngaji dulu biar batin adem. Hehehe.
Prabowo berkunjung ke Markas FPI. Sayang si Habib nggak ada. 🙁 Share on XSebenarnya, kunjungan Ketua Umum Gerindra tersebut merupakan undangan dari FPI. Ini merupakan kunjungan perdana Prabowo ke pesantren yang berada di daerah Puncak, Bogor, tersebut.
Wah, asik dong ya ngumpul-ngumpul cantik di puncak. Suasana sejuk tentu bisa membantu menentramkan jiwa Pak Prabowo yang terguncang pada hari itu. Ehhh…
Setiap Rabu pertama setiap bulan, santri dan ulama memang rutin mengadakan taklim bulanan di pondok pesantren tersebut. Cuma untuk bulan ini istimewa sekali, karena turut mengundang Prabowo selaku capres yang diusung para tokoh dan ulama hasil Ijtima Ulama II.
Juru Bicara FPI Slamet Maarif mengklaim tidak ada pembicaraan khusus mengenai politik dengan Ketua Umum Partai Gerindra tersebut. Prabowo hanya sekadar memenuhi undangan sekaligus silaturahmi dan meminta doa dari para santri dan ulama.
Waduh, untung nggak ngomongin politik Indonesia ya. Kalau diajak juga mungkin doi lagi nggak mood. Gimana dong ya, harga dirinya habis terkoyak-koyak. Ketimbang omongan politik, doa para santri dan ulama tentu lebih membantu. Terutama doa agar senantiasa dikuatkan dari tekanan batin. Hehehe.
Selain itu, dukungan dari para santri dan ulama yang ada di pengajian tersebut tentu bisa menjadi obat yang cukup mujarab. Belum lagi banyak yang berebut minta salaman dan berfoto. Asiklah yaa. Di Jakarta jadi bahan bercanda, di Megamendung jadi selebritis papan atas. (E36)