” Tidak jelas LRT bermanfaatnya untuk siapa. Proyek ini senilai Rp 12,5 triliun (24 km). Menurut Anies, indeks termahal LRT di dunia 8 juta dolar/km. Sedangkan LRT kita 40 juta dolar/km. Artinya ada mark up 500 persen,” ~ Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto.
PinterPolitik.com
[dropcap]M[/dropcap]emang seakan tak habis bahan kritik Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto kepada segala kebijakan Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Misalnya saja mengenai pembangunan infrastruktur, Prabowo baru-baru ini menyebut adanya mark up pada proyek pembangunan LRT Palembang. Mmm.
Penggelembungan dana itu disebut-sebut oleh Prabowo gak nanggung-nanggung loh, mencapai 500 persen. Warbyasah. Prabwo berani cuap-cuap karena udah punya data yang konon kabarnya dimiliki Anies sebagai si pemberi info. Tapi apa iya bener gitu. Jangan-jangan asal catut sumber data. Hadeuh.
Anies sendiri gak membantah maupun mengiyakan pernyataan Prabowo yang menyebut namanya sebagai si pemilik data mark up LRT tersebut. Yang pasti, dia malah melempar tanggung jawab validasi data kepada wartawan. Lah masa dia yang ngelempar isu, tapi wartawan yang suruh cari klarifikasinya.
Tapi emangnya bener ya apa yang dikatakan Prabowo tentang LRT Palembang yang disebut telah digemlembungkan dananya? Nih ya eike kasih tau, dari 10 negara, biaya LRT Indonesia ada diurutan ke lima, dengan nilai US$ 33,35 juta/km. Sedangkan urutan pertama ada Israel dengan nilai US$ 79,90 juta/km.
Asal tau aja ya, total biaya pembangunan LRT Palembang itu senilai Rp 10,94 triliun dengan total panjang 23,4 km. Jadi biaya pembangunan per kilometernya senilai Rp 467 miliar atau US$33,35 juta. Angka ini terkesan memang sangat besar ketimbang angka US$8 juta/km yang disampaikan oleh Anies. Iya juga sih.
Tapi masalahnya, angka standar US$ 8 juta/km yang disebutkan Anies itu gak tepat, karena setelah eike ubek-ubek googling, angka itu adalah untuk BRTS (Bus Rapid Transit System). Itu pun berasal dari situs berbagi informasi Quora.com. Ya kali Anies beneran mengutip sumber data dari sini. Gak kredibel banget.
Yang pasti, angka besaran biaya pembangunan infrastruktur LRT per kilometer gak bisa disamakan antar daerah. Karena di dalamnya ada faktor tenaga kerja, waktu, keadaan kondisi lapangan, lingkungan, bahan baku. Ya jadi gak apple to apple. Jadi aneh aja rasanya kalau Prabowo menuding ada mark up. Wew.
Kalau merasa punya data indikasi mark up yang disebutkan itu, menurut eike kenapa gak langsung lapor aja ke pihak terkait, bukan malah koar-koar gaje gitu. Jangan-jangan tudingan ini cuma dalam rangka pernyataan politis? Benar gaknya mah belakangan. Yang penting rakyat udah dibuat terkesima, bahwa Prabowo adalah sosok yang anti terhadap segala sesuatu berbau korupsi. Jiah, cape deh. (K16)