“Tidak ada larangan (pemakaian atribut #2019GantiPresiden). Tidak benar itu. Kabar itu dari mana? Siapa yang melarang dan kapan?” ~ Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Setyo Wasisto
PinterPolitik.com
[dropcap]T[/dropcap]agar #2019GantiPresiden menjadi pembicaraan banyak orang, bukan hanya dalam segi narasinya aja, tapi munculnya dalam berbagai kaos yang diperjualbelikan.
Kabarnya sih, uang hasil jualannya mau dipakai buat modal kampanye di Pilpres 2019, tapi ya udahlah, itu mungkin masih kabar kabur, weleeeh weleeeh.
Emangnya mau nyapres, logistik masih kurang ya, uhuuyyy. Wadaaaww, rusak dunia persilatan.
Tapi gara-gara narasi dan kaos #2019GantiPresiden itu, para politikus yang berada di lingkaran pemerintah merasa kalau tagar itu bernada provokatif. Hadeuuhhh, jangan baper gitu dong ah, masa bagian dari lingkar penguasa malah cepet tersulut emosinya, uhuuukk uhuuukk, sumbunya kependekan kali ya?
Tapi, kalau buat para oposisi sih kaos yang bertagar #2019GantiPresiden sebagai medium kreatif untuk mengungkapkan pendapat.
Apalagi bisa menyelipkan makna simbolik di kaos itu, bersyukur dah para oposisi. Terakomodir sudah kepentingannya, berarti yang beli baju itu ya ga jauh palingan orang yang satu napas sama pihak oposisi.
Karena kontroversi dan seolah menyerang penguasa, akhirnya muncul kabar kalau akan ada pelarangan pemakaian atribut #2019GantiPresiden oleh pihak kepolisian.
Waduh, melanggar di mananya ya? Hmmm, tapi jangan khawatir, pihak kepolisian langsung mengonfirmasi kalau pelarangan itu tidak ada, alias kepolisian memperbolehkan atribut itu.
Ya iyalah, kalau beneran ada larangan pake atribut itu, di mana letak melanggarnya coba, hadeuuuuhhh.
Kalau kepolisian sudah menggaransi begitu, jangan takut lagi buat pake atribut. Lagian itu kan bicaranya tentang kebebasan berekspresi, kan bener juga 2019 Indonesia akan ganti Presiden.
Ya kalaupun petahana yang menang, tapi tetap aja ganti, kan wakil presidennya ganti. Apalagi nanti akan ganti eranya, ganti juga segala langkah dan strateginya untuk kesejahteraan rakyat.
Jadi kalau kepolisian pun menganggap ini bukan pelanggaran hukum, ya kenapa harus dicari-cari sih celahnya?
Kebakaran jenggot kali ya, melihat oposisi lumayan bikin gerakan dengan makna simbolik begitu? Takut kalah? Hmmm, kalau nunjukin ketakutan kalah begini jadinya gimana gitu ya?
Seharusnya maknai dulu kemenangan yang menjadi pemikiran Cut Nyak Dien, saat terbaik untuk membuktikan bahwa kita pemenang itu ketika kita tampak kalah.
Nah gitu, para politikus lingkar kekuasaan santai aja, jangan kayak kebakaran jenggot gitu dong, weleeeh weleeeh. (Z19)