“Yang lebih baik dari seribu omong kosong adalah satu kata yang membawa perdamaian.”
PinterPolitik.com
[dropcap]W[/dropcap]akil Ketua MPR RI yang juga politisi PKS Hidayat Nur Wahid menyarankan iklan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) yang mencitrakan keberhasilan Presiden Jokowi dicabut. Iklan yang menampilkan Jokowi dan belakangan muncul di layar lebar bioskop itu pun mengundang reaksi netizen yang menilainya sebagai kampanye. Masa sih?
Hmmm, emang bener gengs itu iklan kampanye? Perasaan enggak ada nomor urut partai sama himbauan pilih Jokowi deh! Eh, tapi kalau dilihat-lihat, iya juga sih iklan itu kayak ngarahin penonton bioskop untuk mikir: “Yakin enggak mau pilih Jokowi dua periode dengan melihat kerja nyatanya?” Wehehehe.
Untung saja Kominfo enggak sosialisasikan keberhasilan Jokowi lewat pesan yang contohnya kayak gini:
“Sodara-sodari sekalian. Alhamdulillah ya presiden kita sudah buat bendungan. Bagi kalian yang belum tahu bendungan seperti apa, coba deh nonoton bioskop biar enggak penasaran!” Wkwkwk.
Atau gini: “Selamat akhir pekan sodara-sodari sekalian, Kominfo ingin menghimbau, bahwa Jokowi berhasil buat bendungan. Jadi kalau mau tahu cara gunakan bendungan, silahkan nonton di bioskop-bioskop kesayangan anda, sekalian jangan lupa bawa anak kesayangan, terutama yang tahun debat sudah bisa mencoblos di TPS”. Ahahaha.
Mbok ya Kominfo itu beriklan dengan tujuan penyuluhan atau sosialisasi program, bukan sosialisasi yang akhirnya bermuara kepada advertising politics gitu! Jiah, keren kali istilahnya ya hehehe.
Lagian juga kenapa sih iklannya baru keluar pas mau masuk masa kampanye gini? Coba deh pasangnya satu tahun atau dua tahun lalu gitu. Jadi kan enggak bikin oposisi rusuh. Paling yang rusuh cuman di media sosial doang. Betul apa betul? Wkwkwk.
Intinya, Hidayat sangat menekankan pemerintah agar iklan semacam itu segera dicopot karena doi menilai apa yang dilakukan Jokowi melalui Kominfo sangat keliru. Bukannya menghadirkan simpati, iklan itu malah akan menghadirkan antipati kepada Jokowi. Weleh-weleh.
Btw, kalau iklan itu malah mengundang antipati terhadap Jokowi kenapa harus dicopot ya? Harusnya kan malah bagus dong, adanya iklan itu malah mengerus elektabilitas Jokowi. Betul apa betul gengs? Share on XApa jangan-jangan Hidayat ngomong kayak gitu karena ketakutan kalau Jokowi makin banyak yang dukung dan akhirnya merugikan capres-cawapres yang diusung partainya? Wkwkwkw, isa ae, pak pak. Bilang jelek, tapi dalam hati malah sebaliknya. Ckckck.
Padahal kan bagus kalau massa Jokowi tergerus karena Prabowo jadi bisa menjurus. Ehehehe. (G35)