“Kemuliaan kita yang paling tinggi bukan karena kita tidak pernah jatuh, melainkan justru ketika kita selalu bangkit setiap kali jatuh.”
PinterPolitik.com
[dropcap]W[/dropcap]aduh, apa aksi bela Islam yang dimotori oposisi waktu itu telah dikalahkan sama aksi bela kebudayaan bentukannya pemerintah? Nih gengs, dengerin pendapat Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu tentang Tari Poco-poco yang telah memecahkan rekor dunia hari Minggu kemarin.
Menurutnya, selain melestarikan tarian tradisional Indonesia, kegiatan yang diikuti 65 ribu peserta itu bisa membuktikan bahwa masyarakat dari berbagai etnis bisa bersatu untuk kepentingan nasional. Weleh-weleh, banyak dan tertib juga loh aksi tarian itu.
Eh sebentar gengs, yang eyke maksud dikalahkan secara jumlah bukan yang lain-lain ya, soalnya Pemilu kan hitungannya jumlah pendukung, bukan jumlah kekuatan fisik hehehe. Awas loh kalau dipelintir!
Balik ke topik ya gengs, menurut Ryamizard, gerakan ini harus terus dilestarikan. Terlebih lagi di mata dunia kegiatan poco-poco ini bisa jadi bentuk bela negara. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia siap untuk membela negara. Weleh-weleh.
Btw gengs, yang namanya rakyat ya jangankan bela negara dengan melakukan tarian poco-poco, perang terbuka untuk bela negara kayaknya rakyat pada ayo deh.
Coba deh kita hitung berapa jumlah personil tentara kita dan hitung deh jumlah rakyat yang berumur 40 tahun ke bawah. Kalau itu semua diperintahkan untuk ganyang Singapura atau Israel mereka pada oke deh kayaknya.
Kalau enggak percaya, coba aja kalian datang ke pertandingan bola Indonesia vs Singapura atau Malaysia. Kalau enggak siap-siap bela negara tuh. Ahahaha.
Cuman sayang aja gengs, pemerintah kalau menurut eyke tuh terlalu seremonial saja. Selalu hiperbola, masalah kecil didramatisir. Bikin kesel aja gitu gengs. Setuju gak sih?
Giliran kayak gini bilangnya: “Sekarang rakyat siap bela negara”. Lah emang kemari-kemarin kita enggak siap bela negara apa?
Kalau gitu bahasanya, sekarang kita bisa dong bilang ke pemerintah. ”Kalian tuh selalu siap jualin BUMN. Selalu siap jual izin tambang ke asing. Selalu siap didikte oleh kepentingan asing. Selalu siap bohongin rakyat. Dan selalu siap suap kepala lapas Suka Miskin.” Hahaha. Hayo siap apa lagi nih gengs, tambahin sendiri deh. Huft KZL…
Dari pada kesel terus gengs, mending kita berkontemplasi deh dengan membaca ungkapannya Konfusius. Semoga saja kita bisa lebih bijak lagi melihat berbagai fenomenia politik di Indonesia:
“Dalam sebuah negara yang pemerintahannya bagus, kemiskinan adalah sesuatu yang memalukan. Dalam sebuah negara yang pemerintahannya buruk, kekayaan adalah sesuatu yang memalukan.” (G35)