“Misteri menciptakan heran dan heran adalah dasar keinginan manusia untuk memahami.” ~Neil Armstrong
PinterPolitik.com
Di penghujung masa pemerintahannya, Presiden Joko Widodo kerap dilumuri dengan kata-kata ‘ganti presiden’. Ya, itu merupakan suara dari mereka-mereka yang merasa tidak puas dengan kinerjanya memimpin negeri. Kasihan, kasihan…
Mereka yang tidak puas bukan hanya dari partai-partai oposisi loh, tapi juga dari rakyat, dan bahkan konon sampai kepada para aparatur sipil negara (ASN) atau pegawai negeri sipil (PNS). Ckckck.
Ahli filsafat sekaligus pengamat politik Rocky Gerung mengaku pernah dibuat terkejut oleh ratusan PNS di DKI Jakarta. Ada apa nih? Bapak lagi ulang tahun sampai dikasih kejutan? So sweet banget sih… Ehh, tapi bukan kejutan itu ya? Hehehe.
Ternyata, Rocky terkejut karena mendengar teriakan ‘ganti presiden’ ketika ia tengah menjadi pembicaraan dalam acara diskusi yang dihelat lembaga riset PolMark Indonesia di Hotel Veranda.
Wow, wow, wow, kalau begitu senang dong ya? Kan Bapak salah satu pengamat yang gemar sekali mengkritik pemerintah? Hiya, hiya, hiya…
PNS boleh memilih calon presiden, asal jangan jadi partisipan dan melupakan tanggung jawab ya. Share on XMulanya, Rocky mengaku mengikuti apel pagi bersama PNS di salah satu pemerintah kotamadya di Jakarta. Waktu diundang, Romy sempat mengaku curiga, kok pemerintah mengambil risiko meminta dirinya untuk memberi ceramah. Apa jangan-jangan bakal dijebak?
Lah, kalau curiga kenapa tetap mau? Aneh Bapak ini…
Tapi untung tetap datang ya. Ternyata selesai ceramah langsung disambut dengan teriakan ganti presiden. Senang dong ya, ternyata para Bapak dan para PNS DKI sehati. Uwuwuwuw.
Ngomong-ngomong ini fakta atau hoaks nih? Kalau kata Lambe Turah no picture hoax, nah Bapak punya bukti apa? Hayooo… Hehehe.
Tapi kalau ternyata bener sih lucu juga. Ngapa PNS pada nggak suka sama Pakde Jokowi? Waduhh, jangan-jangan karena belum pernah dinaikin gaji ya sama si Pakde? Bukannya Pakde ngasih hadiah kenaikan gaji ya mulai tahun depan?
Aneh juga sih ya kalau misalnya para abdi negara malah bersikap keras ke orang yang ngegaji mereka. Tapi emang bebas juga sih kalau mereka punya ekspresi politik tersendiri. Yang jelas jangan sampai kelewat partisan dan melupakan tanggung jawab utama mereka. (E36)