“Tak ada kebahagiaan hidup yang didapat dari menyalahgunakan narkoba. Negara harus hadir dan langsung bertempur melawan sindikat narkoba,” – Jokowi
PinterPolitik.com
Hukuman mati terhadap terpidana kasus narkoba di Indonesia sepertinya tidak menimbulkan efek jera yang diinginkan. Menurut data hukuman mati yang dikeluarkan oleh Amnesty International Indonesia, pada periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), terhitung sudah 18 eksekusi mati terpidana narkoba yang melibatkan warga negara asing.
Semangat pemberantasan narkoba Jokowi sepertinya tidak berbuah manis. Pasalnya menurut Usman Hamid, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia menyatakan bahwa walaupun pada 2015, Jokowi telah menjalankan 14 eksekusi hukuman mati, namun kasus narkoba justru meningkat. Ironis sekali bukan.
Begitu pun pada tahun-tahun setelahnya. Bahkan dengan operasi tembak di tempat pun angka kasus narkoba tidak mengalami penurunan. Hal ini dinilai karena hukuman yang bersifat koersif dibanding rehabilitatif memang tidak tepat sasaran.
Pengobaran semangat pemberantasan narkoba di Indonesia ini pun terasa sia-sia. Sudah melaksanakan hukuman mati, tujuan nyata pun tak tercapai. Adanya Jokowi mesti ganti pendekatan. Mungkin di periode keduanya Jokowi punya manuver atau kebijakan yang lebih efektif buat nanganin kasus narkoba di Indonesia.
Tapi sebelum pelantikan periode keduanya, 20 Oktober 2019 Jokowi mendapat hadiah kecut. Badan Narkotika Nasional (BNN) yang merupakan garda depan pemberantasan narkoba di Indonesia melakukan “pengkhianatan”. Pengkhianatan ini terjadi ketika dua pegawai BNN yang seorang PNS dan polisi tertangkap Ditresnarkoba Polda Metro Jaya ketika menjual narkoba di sebuah apartemen.
Pengkhianatan pun semakin menjadi ketika Deputi Pemberantasan BNN, Irjen Arman Depari menyatakan bahwa narkoba yang dijual bukan merupakan barang sitaan. Adanya pelaku mencari bandar utama kemudian menjualnya kembali. Berati kan si penjual niat, reseller ceritanya.
Sama seperti cerita-cerita yang ada di buku atau sinema. Ketika narasi utama dibangun untuk mendukung tujuan protagonis, namun tiba-tiba terjadi sesuatu yang tidak disangka-sangka. Adanya pengkhianatan pegawai BNN menjual narkoba sama seperti plot twist Daenerys Targaryen yang dibunuh Jon Snow. Siapa sangka Daenerys yang ambisius akhirnya gak dapet Iron Throne.
Sepertinya pemerintah harus berkaca pada kasus ini bahwa penyalahgunaan wewenang, ternyata bisa saja juga berkorelasi dengan kasus narkoba yang gak turun-turun angkanya. (M52)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.