“Bukan urusan kita membuat seisi bumi menjadi seragam. Tugas kita hidup nyaman, damai, bahagia, dengan perbedaan tersebut.” ~ Pandji Pragiwaksono
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]KS menyetujui anggota Dewa Pembina Gerindra Djoko Santoso ditunjuk sebagai Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Sando.
Wah…wah… asyik ya sekarang, PKS sudah semakin nurut. Aihh, imutnya kayak anak umur lima tahun yang sedang duduk di bangku sekolah TK, manut aja kalo dibilangin, soalnya kalo nggak nurut kan nggak dapet uang jajan. PKS diancem gitu juga nggak ya, kalau nggak nurut nanti jatah uang kampanye dipotong? Uwuwuwuwuw, gemesnya.
Menurut Wakil Ketua Majelis Syuro Hidayat Nur Wahid, Djoko merupakan mantan Panglima TNI yang sangat menjunjung NKRI. Dia juga menegaskan, jika kesepakatan penunjukan Djoko Santoso bukan untuk mengimbangi kubu Jokowi-Ma’ruf yang juga didukung oleh para mantan panglima TNI.
Hmm, kalau menandingi mungkin nggak ya. Secara Pak Djoko kan lebih senior. Wong, Moeldoko aja pernah jadi bawahannya, kok. Cie..cie..
Hidayat pun sudah memastikan kalau PAN juga sudah setuju dengan usulan tersebut. Sedangkan Partai Demokrat, kemungkinan besar juga akan setuju karena pada hakikatnya Djoko merupakan Panglima TNI pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Sebagai mantan jenderal TNI, Djoko dinilai bisa menghindari isu-isu SARA karena sudah teruji kecintaannya pada NKRI. SARA bisa memicu perpecahan antaranak bangsa yang tak ada dalam kamus militer.
Dipilihnya Djoko Santoso diharapkan dapat menjaga supaya kampanye maupun aksi menuju Pilpres tidak melenceng dari tujuan. Maksudnya biar nggak nyerempet-nyerempet ke SARA gitu ya, kayak yang pernah terjadi di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Inget khann, betapa kentalnya isu SARA kala itu? Hehehe.
Kata Hidayat, Pemilu itu diperuntukkan untuk mencari presiden, bukan untuk uji kompetisi SARA, bukan kompetisi suku, ataupun kompetisi masa lalu dan saling menjegal, yang kemudian akan menghadirkan disintegrasi bangsa, pecahnya NKRI.
Hmm, sungguh melegakan jika PKS dan para partai koalisi lainnya berkomitmen untuk tidak mengusik-usik isu SARA. Semoga itu merupakan sebuah pemikiran yang ikhlas dari hati ya, bukan karena kubu tetangga memilih ulama sebagai cawapresnya. Hehehe. (E36)