HomeCelotehPKS Rindu Fusi Partai Islam?

PKS Rindu Fusi Partai Islam?

“Damn, is it the fall? Time for me to revisit the past” – Drake, penyanyi rap asal Kanada


PinterPolitik.com

Sejarah masa lalu biasanya menjadi memori yang sulit dilupakan. Kenangan akan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau terkadang kembali menghantui kita yang hidup di masa kini.

Mungkin, itu yang ada di benak Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) Din Syamsuddin. Beberapa waktu lalu, dalam kegiatan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII, beliau mengungkapkan bahwa realitas politik di masa kini telah berlangsung secara porak poranda.

Maka dari itu, Pak Din ini berharap agar umat Muslim memiliki opsi pendekatan politik tertentu yang bisa menguatkan posisi politik kelompok ini. Beliau pun mengusulkan agar partai-partai politik beraliran Islam dapat membentuk partai politik tunggal sebagai sarana dakwah politik.

Namun, tampaknya, tak semua partai Islam sepandangan dengan Pak Din. Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid misalnya, menilai bahwa disatukannya partai Islam dalam satu wadah bukanlah langkah strategis yang diperlukan. Bagi beliau, hal yang penting adalah penyamaan visi.

Ya, meskipun PKB nggak sepenuhnya sepakat dengan ide Pak Din, ada kok partai yang sependapat dengan ide itu, yakni PKS. Menanggapi usulan Pak Din, Presiden PKS Sohibul Iman akhirnya juga mempertanyakan alasan mengapa partai-partai Islam tidak bersatu – sampai-sampai bisa berjumlah hingga empat partai politik.

Pak Sohibul bilang kalau dirinya juga ingin agar hal tersebut dapat terwujud. Kata beliau sih, ada kerinduan agar partai-partai Islam dapat bersatu.

Hmm, rindu apa nih, Pak Sohibul? Kan, dulu, partai-partai Islam pernah bersatu jadi satu partai, yakni PPP yang merupakan gabungan dari Nahdlatul Ulama (NU), Perti, Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), dan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).

Eh, tapi, kan, penyatuan partai itu terjadi di era Orde Baru (Orba) – tepatnya pada tanggal 5 Januari 1973. Kata beberapa ahli sih, penyatuan partai kala itu malah menguatkan posisi politik Presiden Soeharto lho.

Selain itu, PPP pun kala itu berakhir pecah lho. Meski keempat partai itu sepakat untuk bersatu pada tahun 1973, kubu-kubu tetap saja terbentuk dan menimbulkan gesekan dalam perebutan pembagian jatah kursi.

Tuh, berkaca dari sejarah tersebut, penyatuan partai nggak selalu berjalan baik. Bisa aja, fusi partai Islam yang diimpikan PKS dan Pak Din malah pecah lagi tuh di masa depan.

PKS sendiri aja udah ngalamin lho rasanya ada kubu-kubu yang pecah di dalam partainya – sekarang muncul jadi Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora). Masa Pak Sohibul mau PKS ngulangin hal itu? Hehe. (A43)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Baca juga :  Ridwan Kamil “Ditelantarkan” KIM Plus? 
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Prabowo vs Kemlu: Warrior vs Diplomat?

Perbedaan pendapat dalam politik luar negeri tampaknya sedang terjadi antara Prabowo dan diplomat-diplomat Kemlu. Mengapa demikian?