Site icon PinterPolitik.com

PKS dan HTI Anti SARA?

PKS dan HTI Anti SARA?

Foto : Istimewa

“Ketika kekasihku bersumpah bahwa hatinya tulus, aku mempercayainya, meskipun aku tahu ia berbohong.” ~ William Shakespeare


PinterPolitik.com

[dropcap]P[/dropcap]artai Keadilan Sejahtera (PKS) menolak isu Suku Ras Agama dan Antar Golongan (SARA) di Pilpres 2019. PKS menilai hal tersebut bakal berpotensi menimbulkan kebencian bahkan hingga pertikaian.

Aduh ini lagi, woi lawas bung. Sangat amat sangat sangat amat amat sangat lawas keles. Kebanyakan ya? Hehehe. Jangan deh kalian teriakkan kata “SARA” lagi, nanti bisa dibubarin rezim loh.

Katanya rezim ini otoriter loh, jadi hati-hati makanya. Eh sebentar, ini baru katanya loh ya. Uppss baru ingat, kalau gak salah yang bilang rezim Jokowi otoriter itu bukannya PKS ya? Hehehe lupa eyke.

Ketua Departemen Politik DPP PKS Pipin Sopian menyampaikan pendapat bahwa yang tidak boleh adalah memberikan kebencian berbasis SARA.

Pipin mengatakan pihaknya ingin Pilpres nanti bisa melahirkan pemimpin bangsa yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Untuk itu Pipin kembali menghimbau seluruh pihak agar tidak memainkan isu SARA saat Pilpres 2019 nanti.

Sementara itu Ismail Yusanto yang merupakan mantan juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengatakan bahwa secara garis besar NKRI adalah harga mati dan yang mereka perjuangkan adalah nilai Islam yang Rahmatan Lil Alamin.

Menurutnya, memang harus menjadi perhatian bersama bahwa peperangan di media sosial terkait isu SARA harus dihentikan. Faktanya, tanpa disadari masyarakat sampai hari ini masih merasakan dampak buruk dari Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu.

Harus diberikan apresiasi apa yang disampaikan oleh PKS dan HTI ini. Tidak hanya PKS dan HTI yang perlu menyadarkan masyarakat akan bahayanya isu SARA ini. Kelompok lain juga harus waras dan jangan kembali menyingung persoalan agama dalam konstelasi politik 2019.

Sebenarnya gengs, itu para pucuk pimpinan partai politik kalau ngelantur seperti apapun, bicara ngigau ngomong ini itu, semuanya kembali kepada rakyatnya.

Hanya keledai yang jatuh ke lubang yang sama. Hanya rakyat yang cerdas dan kritis yang mampu membedakan apa itu kebohongan dan di mana itu kebenaran.

Sama seperti apa yang pernah diungkapkan Descartes bahwa setiap individu harus berpikir dahulu baru bertindak. Maka individu itu akan hidup dengan hasil. Tanpa banyak cingcong langsung saja nih gengs ungkapannya: “Aku berpikir, maka aku ada.” (G35)

Exit mobile version