Jelang pendaftaran Pilkada Serentak 2018, Bawaslu dan KPK akan bekerjasama untuk memberantas praktik politik uang yang mungkin dilakukan oleh para kandidat.
PinterPolitik.com
“Uang…, lagi-lagi uang….”
[dropcap size=big]D[/dropcap]i Indonesia, bukan rahasia lagi kalau uang yang berkuasa di atas segala-galanya. Bahkan terkadang, ancaman laknat Tuhan saja seakan terlupakan oleh mereka. Lihat saja pendiri website yang sempat menghebohkan karena berinisiatif menjual keperawanan. Biar enggak kena hukuman, istrinya bersedia ngatain dia gila.
“Uang bisa bikin orang lupa saudara, lupa kerabat, bahkan lupa ingatan!”
Zaman susah kayak sekarang, uang juga bisa buat beli jabatan. Kalau dulu, dagang sapi yang dijual sapi beneran. Kalau sekarang, sapi-sapian. Tinggal pilih, mau sapi perahan atau sapi-dahan. Semua tersedia, lengkap dengan kontrak negosiasinya.
Apalagi menjelang Pilkada, politik uang seakan menjadi-jadi. Kabarnya, tahun ini aja, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menemukan 600 dugaan politik uang di 101 daerah yang kemarin menggelar Pilkada. Wow, jumlah yang luar biasa. Ngeri ngebayanginnya.
Saking menakutkannya, Bawaslu aja enggak berani jalan sendirian di 2018 nanti. Mereka berinisiatif menggandeng KPK untuk jalan beriringan, “Saya yang ngawasin, situ yang nindakin,” begitulah permintaan mereka.
Sebagai lembaga yang sudah menelan asam garam dalam menangkap koruptor dengan uang tilep triliunan, KPK tentu ikut senang. Lumayan juga kan, untuk menaikkan angka statistik kepala daerah tercyduk Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang jumlahnya udah nyaris ratusan orang.
Nah, sekarang tinggal partai politiknya aja yang bakal kejang-kejang. Golkar aja udah ngaku kelimpungan. Bakal calon legislatif (caleg) mereka udah pada kumpul-kumpul di tahanan. Padahal, uang suap yang mereka terima nantinya buat modal Pilkada.
Uang bisa bikin orang senang bukan kepalaaaang…
Siapa yang enggak senang dengan uang, apalagi kalau uangnya punya orang. Begitulah sebagian kerjaan Parpol sekarang. Enggak usah keluar keringat, tinggal jualan janji tak mengikat. “Anda terpilih kami happy, tidak terpilih belum hoki.”
Buat yang enggak suka, kayak Kang Dedi Mulyadi, paling-paling cuma bisa gigit jari. Dikhianatin sama parpolnya sendiri itu, sama rasanya kayak di PHK sepihak tau! Sakitnya tuh di siniiii…. !! Sambil tunjuk-tunjuk dada sendiri. Aaaah, sudahlaaah!
Uang memang bisa bikin orang mabuk kepayaaaang…. (R24)