“Gebleknya maling-maling itu sudah mencuri uang kita, dia menyogok kita dengan uang kita sendiri saudara-saudara sekalian.” ~Prabowo Subianto
PinterPolitik.com
[dropcap]M[/dropcap]enyedihkan gengs. Ternyata uang kita selama ini dimalingin sama orang-orang gebleg yang bercokol di kursi pemerintahan loh. Kalau kayak gini ceritanya mah kita gulingkan saja pemerintah beserta dengan sistem yang enggak jelasnya itu. Weleh-weleh.
Gimana gengs, sepakat enggak nih kita gulingin pemerintahan beserta sistemnya? Kalau enggak sepakat, masa eyke doang yang gulingin pemerintah sendiri? Nggak kuat gengs hehehe.
Hmmm, apa eyke gulingin pemerintahannya bareng Prabowo Subianto aja ya? Eh, tapi kalau bareng Prabowo, nanti eyke malah dikira sebagai agen diktaktor lagi. Upps, bercanda loh pak hehehe.
Oh iya gengs, kenapa sih kok eyke menyinggung Prabowo di saat bahas menggulingkan pemerintahan?
Hmmm jadi gini gengs, Prabowo itu dinilai sebagai orang yang paling keras mengkritisi pemerintahan. Di matanya seakan terbayang seluruh kebobrokan negeri ini, dan di matanya pemerintah seakan gagal menjadikan Indonesia sebagai negara besar nan maju. Weleh-weleh.
Di atas mimbar, Prabowo kerap kali menghantam pemerintah dengan berbagai narasi politik yang seakan mengajak masyarakat untuk menggulingkan kekuasaan yang ada. Narasi Prabowo juga menghimbau agar masyarakat sadar, kalau bukan ia yang memimpin negeri ini, maka Indonesia akan terus terpuruk.
Nah gengs, menurut kalian gimana nih terkait narasi politiknya Prabowo? Hmmm, kalau eyke sih no comment aja deh, soalnya takut kena PHP kayak yang udah-udah gengs. Wkwkwk.
Baru aja dibicarain terkait narasi politik yang dinilai keras itu, Prabowo akhirnya mengakui sempat dinasihati oleh para pendukungnya agar tidak terlalu keras mengkritik pemerintah dalam pidato-pidatonya nanti. Weleh-weleh.
Jadi kalau enggak keras gimana dong tuh, apa pidatonya harus bisik-bisik aja biar enggak pada merasa berisik? Wkwkwkwk, kalau menurut eyke sih gengs, jika apa yang disuarakan itu benar kenapa kita harus merendakhan tempo atau suara kita? Mengapa kita harus memilah kata-kata yang lebih nyaman didengar dan dirasa?
Kalau menurut eyke lagi nih gengs, jika memang kita di posisi yang benar kenapa kita harus takut?
Yang penting, kita harus pastikan apa yang kita kritisi tidak salah alamat atau jauh dari kata logis dan disertai dengan data-data yang valid. Jangan sampai sudah kritik keras-keras, data yang dipakai tidak akurat atau kadaluarsa. Contohnya kayak beberapa orasi Prabowo terkait MRT dan LRT. Wkwkwkwk.
Intinya sih gengs, terkait pidatonya Prabowo itu ternyata sudah ada yang mengomentari bahkan Prabowo sempat dinasehati. Wkwkwkwk.
Kalau sudah begini gimana nih menurut kalian? Apa memang seharusnya Prabowo itu lebih halus lagi saat menyampaikan orasi politiknya? Kalau menurut eyke sih, gimana kalian aja deh gengs. Ahahaha. (G35)