“Walaupun harus nyawa sebagai taruhannya… Banyak orang yang rela cuma karena rupiah.” ~Rhoma Irama
PinterPolitik.com
[dropcap]N[/dropcap]ilai tukar rupiah terhadap dolar semakin melemah. Selemah hatiku yang patah hati tiap melihatmu bersama yang lain. Uwuwuwuw, nggak kuat akutuhh…
Bagaimanapun, melonjaknya harga dolar saat ini sangat mengkhawatirkan. Bayangin gaes, rupiah hampir menyentuh angka 15.000 per dolar Amerika. Wadaw, sayang ku tak punya dolar, menang banyak kan kalau ditukar ke rupiah. Mehehehe.
Gara-gara harga dolar naik, nilai tabungan masyarakat menjadi menyusut. Pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI), dan Gubernur BI Perry Warjiyo dituntut bertanggung jawab atas menyusutnya nilai tabungan masyarakat Indonesia di dunia perbankan.
Anggota Badan Anggara Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (Banggar DPR), Bobby Adhityo Rizaldi angkat suara terkait depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Ia mendesak Menteri Keungan Sri Mulyani melakukan langkah nyata.
Moon maap, selama ini langkahnya Sri Mulyani bohongan gitu?
Menurut politisi Golkar tersebut, salah satu cara efektif yang dapat ditempuh adalah dengan tidak memaksa eksportir mengonversi dolar. Sebab, itu menjadi langkah yang sangat riskan untuk mereka.
Rupiah naik terus. Kalau gaji kapan??? Mehehehe Share on XBobby mengatakan, nilai dolar dipengaruhi oleh sentimen pasar. Menambah pasokan tidak akan menolong selama pasar masih yakin akan ada kenaikan harga dolar sampai ke Rp16 ribu.
Sri Mulyani juga diminta untuk sementara waktu tidak bergantung pada pajak. Karena tax ratio yang memang sangat rendah dibandingkan negara lain.
Bobby juga memberikan saran dari sisi APBN, yang menurutnya perlu dilakukan perbaikan terutama dari sektor pembelanjaan. Misalnya dengan melakukan pengalokasian untuk dana desa, Dana Alokasi Umum, serta Dana Alokasi Khusus agar pengeluaran dapat menjadi lebih efisien.
Pengamat Ekonomi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng mengatakan jika pemerintah tidak mampu menstabilkan ekonomi, maka paling tidak Jokowi harus memecat menteri Sri Mulyani dan Perry Warjiyo dari jabatan mereka masing-masing.
Welehh, sebegitu bahayanya kah kondisi ekonomi kita sampai harus memecat menteri dan gubernur BI? (E36)