Site icon PinterPolitik.com

Pesona HT Luluhkan Jokowi

Pesona HT Luluhkan Jokow

Istimewa

“Sebenarnya kami prajurit, tidak ada ambisi pribadi. Tapi kalau diperintah, siap. Tapi kalau ada yang lebih baik silakan.” ~ Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo.


PinterPolitik.com

[dropcap]D[/dropcap]alam Pilpres 2019 mendatang, sosok Presiden Petahana Joko Widodo (Jokowi) memang bagaikan magnet bagi para Partai baru peserta Pemilu. Seperti mudah ditebak, Partai baru secara alamiah akan memilih jalur aman ketimbang melawan arus utama. Kalau sampai salah berkoalasi, maka partai ini akan sulit berkembang ke depannya. Cup cup jangan sedih dungs.

Nah biar gak jadi sedih, sebagai partai baru peserta Pemilu, Perindo (Partai Persatuan Indonesia) memutuskan untuk masuk dalam barisan koalisi partai pendukung Jokowi dalam Pilpres 2019 mendatang. Yup, seperti yang disampaikan Hary Tanoe (HT) saat Rapimnas ke-2 Perindo di Assembly Hall JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (21/3) malam. Cie cie yang akhirnya merapat.

Melihat dari sisi Perindo sih, tentu banyak ya keuntungan yang bisa di dapat kalau mendukung Presiden Petahana. Tapi sebaliknya, memang apa keuntungan yang akan didapat Jokowi dengan menerima Perindo dalam barisan koalisi pendukung? Mmm apa ya kira-kira? Itu loh mirip sebelas-dua belas sama Partai Nasdem (Nasional Demokrat). Gimana, ada yang tau?

Ketua Umum Perindo si Koko HT itu kan juga punya stasiun televisi sama seperti Surya Paloh-nya Nasdem. Bedanya stasiun televisi milik HT lebih banyak. Wuidih berjibun gitu tv nya. Satu stasiun televisi milik Surya Paloh aja udah bisa bikin elektabilitas Jokowi tinggi di mata masyarakat, gimana kalau ditambah lagi ya!

Itu mungkin yang jadi nilai tambah HT dengan Perindonya di mata Jokowi. Seandainya nanti Jokowi dipercayakan rakyat untuk memegang amanat yang kedua kalinya memimpin negeri ini, maka akses tv swasta milik HT sangatlah berharga. Segala prestasi pemerintah bisa dengan mudah dipublikasikan sebagai laporan progres kerja pada masyarakat. Mantap jiwa.

Catatannya ya asal jangan kayak jaman Orde Baru aja. Di zaman baheula itu, stasiun televisi menjadi homogen. Karena melulu menyiarkan prestasi pemerintah. Masyarakat seakan dininabobokan dengan jargon Indonesia Macan Asia. Eh taunya kondisi ekonomi-sosial-politik Indonesia sudah tergerogoti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang merajalela. Jangan sampe deh, amit-amit. (K16)

Exit mobile version