“Petral dibubarin, BBM di Papua normal, blok minyak milik RI lagi, Freeport tekuk lutut, bangun tol terpanjang dlm sejarah, listrik & jalan masuk ke daerah tertinggal. Lawan prestasi itu berat, gak akan kuat, pakai tagar saja.” ~ Penggiat Media Sosial, Permadi Arya.
PinterPolitik.com
[dropcap]A[/dropcap]gan-agan sekalian pasti udah pada kenal dung ya sama Permadi Arya atau yang lebih sering dikenal dengan nama beken-nya Ustad Abu Janda al-Boliwudi. Seperti biasa, setiap unggahannya di media sosial pasti selalu menohok orang-orang yang gak suka terhadap sosok Presiden Jokowi. Ya namanya juga Jokowi Die Hard Lover, dasar kaum cebong akut, buahahaha.
Baru-baru ini Permadi membuat kicauan yang menyindir gerakan tagar di media sosial, Rabu (18/4). Kicauannya ini memang dalam rangka menampik maraknya gerakan tagar #2019GantiPresiden baru-baru ini. Mungkin maksudnya biar masyarakat inget kalau prestasi Pakde Jokowi itu terbukti tokcer loh.
Dan karena lawan politik gak punya cukup amunisi untuk menyerang, ya udah deh manuvernya cuma bisa kelas receh dengan tagar ala-ala itu. Abisnya sih, nyari celah korupsi, gak ketemu, ngincer kinerja Menteri yang gak bener, eh udah pada diberhentiin tuh sama Pakde. Susah emang klo punya Presiden gercep gini.
Petral dibubarin, BBM di Papua normal, blok minyak milik RI lagi, Freeport tekuk lutut, laut cina jd laut natuna, bangun tol terpanjang dlm sejarah, listrik & jalan masuk ke daerah tertinggal, rakyat miskin makin brkurang, Lawan Prestasi itu Berat, Gak akan kuat, pakai tagar saja pic.twitter.com/lY13XNnhPP
— Permadi Arya (@permadiaktivis) April 18, 2018
Lalu kenapa Permadi begitu perlu untuk meng-counter gerakan tagar ini? Ya itu karena baginya tagar ini hanya semacam alat politisisasi dan pembohongan publik. Toh kenapa mesti diganti kalau semuanya serba beres. Yakin mau ganti? Kalau nanti malah dapet yang lebih jelek gimana? Bisa amsyong loh.
Cara kerja gerakan tagar ini kan sederhana aja kok. Cukup tebar isu mengenai kegagalan Pemerintahan Jokowi-JK. Datanya dari mana, ntah lah. Kalau kata Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI), mungkin datanya diambil dari kandang kuda. Jiah, cape deh.
Tapi emangnya rakyat kecil peduli dengan asal data itu? Ya gak lah. Mereka mah cuma terbawa nuansa like & dislike aja. Dengan sedikit bumbu hoax di akar rumput, boom, gerakan tagar ini akan menjadi momok bagi Presiden Petahana Jokowi. Itu mungkin yang dikhawatirin Permadi ya.
Sebentar, emang dapet apa Permadi dengan mengelu-elukan Pakde Jokowi? Dia kan bukan siapa-siapanya Pakde. Dia hanya Banser Nahdlatul Ulama. Bukan pula anggota politik yang suatu saat bisa mendapatkan jabatan publik dengan menyanjung junjungannya. Gak abis pikir eike, geleng-geleng pala. (K16)