Site icon PinterPolitik.com

Perang Bintang di Tubuh Gerindra

Perang Bintang di Tubuh Gerindra

Istimewa

“Pak Gatot kan (sudah) datang ya, mendaftar untuk menjadi calon presiden. Dia datang menyatakan siap, bila memungkinkan. Namanya politik, kita tidak bisa menutup kemungkinan.” ~ Anggota Dewan Penasehat Partai Gerindra, Muhammad Syafi.


PinterPolitik.com

[dropcap]H[/dropcap]ubungan Bumi dan Matahari sejak dahulu menjadi simbol harmonis bagi kehidupan manusia. Bagi manusia, keberadaan Matahari berperan sebagai penerang Bumi. Tanpanya, manusia akan menjalani hari-hari dengan gelap-gulita sepanjang hidupnya. Betapa krusialnya keberadaan Matahari ini bagi Bumi.

Nah, seandainya boleh berandai-andai ya, Partai Gerindra itu diibaratkan sebagai Bumi dan Prabowo sebagai Matahari. Gerindra sebagai Bumi, mewadahi jutaan manusia di dalamnya. Mereka membutuhkan keberadaan Prabowo, sang Matahari, sebagai sumber penerang para kadernya. Beuh, warbyasah Jenderal kita yang satu ini.

Lalu bagaimana nasib Bumi seandainya terdapat dua Matahari dalam satu galaksi? Yup, seperti halnya kedatangan Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang mengajukan diri sebagai Calon Presiden (Capres) dari Gerindra. Karena inilah, Gatot layak disebut sebagai Matahari kedua bagi Bumi. Mastah abis emang deh nih dua Jenderal.

Apapun spekulasinya, keberadaan dua Matahari dalam satu galaksi dalam mewadahi Bumi sungguh tidak bisa terjadi. Keberadaan dua matahari ini justru membuat segala sesuatunya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Beda cerita kalau Gatot mengajukan diri sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) dari Gerindra.

Gatot sebagai Cawapres di Gerindra, bisa diibaratkan Bulan lah ya. Tapi kan kenyataannya gak gitu. Dua-duanya sama-sama berambisi menduduki kursi sebagai Presiden. Kalau mau ngotot-ngototan sampai kapan coba? Biar Buminya gak makin panas, ya salah satu harus bersedia jadi Bulan lah. Coeg, ngalah lah salah satu, kek anak kecil aja sih.

Kalau masih tetep kekeh dua-duanya jadi Capres dari Gerindra, ya mau gimana lagi, salah satu harus bersedia hengkang ke galaksi lain. Mungkin melamar jadi Cawapres Jokowi gitu misalnya. Terus siapa diantara mereka berdua yang akan cap cus dari perebutan kursi Capres Gerindra ini? Prabowo? Jadi ingin berucap: Lo gue end! Hahaha.

Masa iya Prabowo sih. Tapi bisa jadi sih. Dalam sisi tertentu, Prabowo memang masih menyimpan rasa trauma akan kekalahannya di Pilpres 2014 dahulu. Menimang-nimang potensi gagal lagi pada Pilpres 2019 mendatang, alangkah bijaknya seandainya melunakkan hati menjadi Cawapres bagi Jokowi. Tapi gak mungkin lah ya, karena Prabowo Capres 2019 adalah harga mati. Mantap Jiwa. (K16)

Exit mobile version